Latest Post

Judul PTK sudah dapat dirumuskan ketika masalah dan tindakannya sudah jelas. Kalimat judul harus memuat tiga unsur yaitu masalah yang akan dipecahkan (what),  subjek penelitian (who) dan bagaimana cara memecahkan masalah (how). Susunan kalimat judul bisa berpola what + how + who. Misalnya pada PTK yang akan dilakukan Bu Siti, kalimat judul dapat dirumuskan sebagai berikut.
Upaya meningkatkan kemampuan menemukan informasi rinci dari teks melalui penerapan metode pertanyaan  berpola 5W + 1H pada Kelas IX di MTs An-Nur Malangbong Garut tahun 2014.
Kalimat judul tersebut bisa juga ditulis dengan pola how + what + who. Dengan menggunakan pola tersebut kalimat judul akan berbunyi sebagai berikut:
Penerepan metode pertanyaan  berpola 5W + 1H untuk meningkatkan kemampuan menemukan informasi rinci dari teks pada Kelas IX di MTs An-Nur Malangbong Garut tahun 2014.

Sumber : http://djj.bdkjkt.org/

Dalam bagian paradigma penelitian kita sudah mendiskusikan bahwa PTK bukan penelitian yang bersifat uji hipotesis seperti dalam penelitian kuantitatif yang bersifat logico hipotetico perificatif. Oleh karena itu keberadaan hipotesis dalam PTK bukan merupakan keharusan. Apabila Anda tidak menuliskan hipotesis dalam proposal maka tidak mengapa.
Dalam PTK digunakan istilah hipotesis tindakan. Hipotesis merupakan jawab sementara atas rumusan masalah yang telah diajukan. Hipotesis tindakan adalah dugaan sementara mengenai keberhasilan tindakan untuk mengubah atau mengatasi masalah yang diangkat dalam penelitian.
Perumusan hipotesis penelitian merupkan langkah lanjutan setalah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berpikir. Artinya, bahwa pendugaan mengenai keberfungsian tindakan untuk mengatasi masalah didasarkan pada hasil kajian secara teoritik. Dengan demikian, pendugaan tidak asal dilakukan akan tetapi memiliki dasar ilmiah yang bias dipertanggungjawabkan.
Rumusan hipotesis tindakan dibangun berdasarkan deskripsi dari kerangka berpukir, dan merupakan kalimat jawaban dari rumusan masalah. Mari kita lihat contoh rumusan hipoetesis tindakan berikut.
Rumusan Masalah
Bagaimana peningkatan keterampilan mengnagkap isi teks melalui penerapan metode latihan menjawab pertanyaan melalui pola 5W+1H di kelas IX C MTs Al-Ishlah Batugede Jakarta Utara?
Kerangka berpikir
Berdasarkan argumentasi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan keterampilan menangkap isi teks pada peserta didik dapat dilakukan melalui latihan dengan metode menjawab pertanyaan dari teks menggunakan pola 5W+1H. Hubungan antara variabel keterampilan menangkan isi bacaan dengan metode latihan pola 5W+1H dapat digambarkan dengan skema berikut.
Hipotesis Tindakan
Diduga penerapan metode latihan menjawab peretanyaan melalui pola 5W+1H dapat meningkatkan keterampilan menangkap isi teks pada kelas IX  C MTs Al-Ishlah Batugede Jakarta Utara.
Silakan cermati lagi contoh di atas. Rumusan masalah, kerangka berpikir dan hipotesis harus sinkron (sejalan) antara satu dengan lainnya dan juga harus menggunkan istilah (terminologi) yang sama. Selain itu jumlah hipotesis harus sesuai dengan jumlah rumusan masalah. Kalau jumlah rumusan masalahnya 2 maka hipotesis tindakannya dua juga.

Sumber : http://djj.bdkjkt.org/

Latar belakang berarti alasan terjadinya sebuah penomena atau alasan yang mendorong kita melakukan sesuatu. Latar belakang masalah dalam penelitian berarti alasan mengapa kita mengangkat masalah tertentu untuk diteliti.
Berdasarkan pengalaman dalam membimbing proposal PTK, banyak guru yang lemah dalam menyusun bagian latar belakag masalah. Kelemahan yag ditemukan diantaranya membuka alinea dengan topik yang terlalu luas sehingga membutuhkan paparan yang terlalu panjang untuk sampai ke tujuan; tidak mengangkap masalah yang jelas, tidak mengungkakan alasan yang jelas mengenai masalah; tidak mengungkapkan fakta-fakta masalah dan tema aline yang kuang sistimatis (loncat-loncat) sehingga sulit dipahami.
Menuliskan bagian latar belakang pada proposal PTK sesungguhnya tidak sulit apabila kita sudah melakukan penelitian pra-PTK (recconnaisance). Oleh karena itu pra-PTK menjadi sangat penting. Seperti telah kita diskusikan sebelumnya melalui pra-PTK kita sudah mendefinisikan apa masalah yang akan diteliti dilengkapi dengan fakta-fakta tentang adanya masalah tersebut, dan apa tindakan yang akan dilakukan. Temuan-temuan yang kita peroleh dari pra-PTK itulah yang kita jadikan bahan untuk menyusun bagian latar belakang.
Rumusan sederhana untuk menuliskan bagian latar belakang adalah menggunakan prinsip piramida terbalik. Artinya memulai paparan dari hal yang umum kemudian semakin mengerucut ke bagian masalah hingga ujungnya menyatakan masalah yang akan diteliti.
Sebenarnya tidak ada rumusan yang pasti untuk menyusun latar balakang namun untuk latihan kita bisa menggunakan alternatif sistimatika tertentu. Sebagi bantuan kita dapat menentukan kerangka atau outline tulisan. Kerangka tersebut kita gunakan sebagai pemandu saja. Pada prakteknya menulis itu akan mengalir.
Mari kita mencoba untuk menyusun kerangka leatar belakang untuk kasus Ibu Siti. Poin-poin latar belakang dan sistematika akan seperti kerangka di bawah ini.
  1. Tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia.
  2. Hasil UN dan tes sumatif tidak memuaskan.
  3. Fakta mengenai hasil UN dan tes sumatif.
  4. Temuan penyebab rendahnya hasil UN dan tes sumatif.
  5. Fakta mengenai penyebab masalah.
  6. Kajian masalah
  7. Pilihan Tindakan
  8. Pernyataan tentang pentingnya dilakukan PTK.
Kerangka di atas menggambarkan pola piramida terbalik. Paparan dimulai dari yang umum kemudian diurai kedalam paparan yang lebih khusus dan menjurus ke ujung lancip piramida mengenai pilihan tindakan. Bagian akhir adalah simpulan tentang pentingnya melakukan PTK untuk mengatasi masalah tersebut. Boleh juga diakhiri dengan judul penelitian.
Mari kita mencoba menguraikan bagian demi bagian. Simak contoh Latar belakang berikut.
Ada empat keterampilan ber-Bahasa Indonesia yang harus dikuasai yaitu berbicara, mendengar, membaca dan menulis. Keempat aspek tersebut harus dikuasai secara seimbang. Dalam kompetensi dasar keterampilan ber-Bahasa Indoneis kelas IX dituliskan sebagai berikut.4.1. Menangkap makna teks eksemplum, tanggapan kritis, tantangan, dan rekaman percobaan baik secara lisan maupun tulisan.4.2 Menyusun teks eksemplum, tanggapan kritis, tantangan, dan rekaman percobaan sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan mupun tulisan.4.3 Menelaah dan merevisi teks eksemplum, tanggapan kritis, tantangan, dan rekaman percobaan sesuai dengan struktur dan kaidah teks baik secara lisan maupun tulisan.4.4 Meringkas teks eksemplum, tanggapan kritis, tantangan, dan rekaman percobaan baik secara lisan maupun tulisan. Kompetensi dasar tersebut menunjukkan bahwa seorang siswa harus dapat menangkap makna, menyusun, menelaah, merevisi dan meringkas berbegai bentuk teks secara lisan maupun tulisan.
Ada fenomena menarik mengenai hasil belajar pada keterampilan berbahasa tersebut. Rata-rata skor hasil UN pada tahun kemarin tergolong rendah karena hanya mencaai 5, 6. Skor tersebut lebih rendah dari pada mata pelajaran lain. Setelah dilakukan kajian terhadap lembar jawab ternyata 80% siswa banyak melakukan kesalahan dalam bagian soal terkait dengan menangkap informasi dari teks. Untuk meyakinkan hal itu telah dilakukan tes dengan soal serupa dengan soal UN di awal semester kepada seluruh kelas IX. Lembar jawaban tes dianalisis dan hasilnya menunjukkan 82,3% siswa melakukan kesalahan dalam bagian mengankap informasi dari teks. Teridentifikasi bahwa skor terendah pada keterampilan tersebut terjadi di kelas IXC.
Hasil kajian tersebut menunjukkan adanya masalah terkait dengan keterampilan menangkap makna atau infomasi dari teks. Tentu saja ini merupakan masalah yang sangat penting untuk diselesaikan. Dampak terhadap kelemahan tersebut bukan hanya sekedar terhadap hasil UN melainkan terhadap penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Di zaman ini informasi merupakan bagian penting dalam kehidupan. Barang siapa yang menguasai informasi maka akan dapat menguasai dunia. Syarat orang yang menguasai infomasi salah satunya adalah memiliki keterampilan memperoleh dan mengolah infrmasi. Oleh kerena itu kemampuan menangkap informasi merupakan kompetensi yang sangat dibutuhkan.
Keterampilan untuk menangkap informasi dari teks akan dikuasai oleh para peserta didik melalui proses latihan intensif dengan menggunakan strategi dan media yang tepat. Latihan tersebut harus dilakukan terus-menerus sehingga terbentuk kemahiran.   Yang jadi pertanyaan, strategi apa yang tepat untuk pembelajaran tersebut?
Menurut Jatmiko (2007: 46), secara umum struktur isi teks terdiri dari jawaban-jawaban terhadap pertanyaan apa, siapa, kapan, dimana, mengapa dan bagaimana. Pertayaan-pertanyaan tersebut biasanya disingkat 5W+1H (what, who, where, hwen, why and how). Struktur tersebut hampir berlaku untuk semua jenis teks, meskipun mungkin saja dalam sebuah teks tidak semua jawaban dari pertanyaan tersebut ada didalamnya. Urutannya pun biasanya tidak selalu memenuhi pola tertentu melainkan tergantung dari konteks dan kesukaan penulis. Hal itu tidak menjadi soal, yang pasti isi teks merupakan jawaban dari keenam pertanyaan tersebut.
Anatomi teks tresebut dapat dijadikan  landasan atau kunci untuk meemukan sebuah strategi atau metode dalam melatih peserta didik menangkap makna atau isi dari sebuah teks. Salah satu yang dapat dilakukan adalah melaatih para peserta didik untuk terampil mengkap informasi dengan menggunakan pola menjawab pertanyaan 5W+1H.  Dalam latihan tersebut para peserta didik menuliskan terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian menjawabnya berdasrkan teks yang dibacanya. Bisa saja para peserta didik terlebih dahulu membuat tabel dua kolom. Kolomp pertama berisi 6 baris yang berisi 6 pertanyaan dan komom kedua ruang untuk jawabannya.
Metode latihan tersebut belum pernah digunakan sebelumnya namun menurut peneliti merupakan sebuah alternatif metode yang perlu dicobakan. Berdasarkan hal itu penulis akan melakukan sebuah Penelitian Tindakan Kelas dengan menerapkan perlakuaan metode menjawab pertanyaan dengan pola 5W+1H untuk meningkatkan keterampilan mengakap makna atau isi dari teks. Karena berdasrkan hasil analisis kelas yang skor keterampilannya paling rendah adalah kelas IXC maka penelitian tindakan akan dilakukan di kelas tersebut.
Coba Anda identifikasi setiap aline pada latar belakang di atas. Anda dapat melihat bahwa ususnan isi paparan dimulai dari yang umum yaitu tujuan mata pelajaran pembelajaran Bahasa Indonesia dengan mengungkapkan KD, dilanjutkan dengan adanya fenomena masalah dan faktanya. Selanjutnya diungkapkan hasil kajian terhadap masalah dan kajian solusinya. Paparan diakhiri dengan maksud untuk melakukan PTK dengan mencantumkan masalah dan solusinya.
Tentu saja sistimatika tersebut tidak baku. Sistematika lain dapat digunakan. Namun bagi Anda yang masih berlatih ada baiknya ikuti sistematika dan substansi seperti di atas. Setelah Anda sering melakukannya Anda akan menemukan sendiri sistematika lain yang lebih baik. Pada dasarnya menulis adalah seni sehingga setiap orang bisa menemukan gaya masing-masing.
Jumlah alinea atau isi latar belakang masalah tidak harus panjang. Satu halaman dianggap cukup. Oleh karena itu jangan memulai papaan dari yang terlalu umum. Substansi dari latar belakang masalah adalah memberikan alasan bahwa penelitian yang akan Anda lakukan penting dilaukan dan didalamnya Anda memberitahukan masalah yang akan diteliti disertai dengan tindakan yang akan Adan lakukan.
Penentuan kelas lokasi penelitian pada contoh di atas dilakukan dengan cara memilih kelas yang memperoleh skor paling rendah. Hal iti disebabkan karena masalah dimulai dari fenomena umum. Itu hanya salah satu kasus saja. Mungkin pada ksus yang lain masalah memang ditemukan pada kelas tertentu saja sehingga tidak perlu mempertimbangkan keterlibatan kelas lain. Misalnya kasus kurang berminat untuk belajar IPS terjadi di kelas VII D maka yang menjadi kajian di latar belakang fokus saja ke kelas tersebut.
Untuk melengkapi contoh latar belakang dengan sistimatika yang sama perhatikan contoh berikut.
Dalam kegiatan belajar, minat mempunyai peranan yang sangat penting. Bila siswa tidak memiliki minat dan perhatian yang besar terhadap obyek yang dipelajari maka sulit diharapkan siswa tersebut memperoleh hasil belajar yang optimal. Seperti dikatakan Muhibbin Syah (2010: 132), bahwa minat merupakan salah satu faktor psikologis yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar.
Fakta di lapangan, minat belajar siswa di kelas VIIIa MTsn Kayu Manis khususnya pada mata pelajaran IPS masih rendah yang ditunjukkan dengan hasil pengamatan pada semester sebelumnya, 50 % siswa kurang berminat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, 30 % sedang, dan hanya 20 % yang memiliki minat cukup tinggi.
Atas dasar uraian di atas, model pembelajaran Jigsaw sebagai salah satu model pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa secara aktif diduga dapat membuat pola pembelajaran lebih hidup dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan minat mereka dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. 
Mari kita berlatih untuk menyusun bagian latar belakang. Yang harus Anda lakukan pertama adalah melakukan pra-PTK untuk emngumpulkan data. Hasil pra-PTK adalah bahan untuk mengembangkan alinea dalam latar belakang. Anda akan kesuitan mengembangkan alinea dalam latar belakang ketika Anda tidak melakukan pra-PTK.

Sumber : http://djj.bdkjkt.org/

Penelitian adalah sebuah kegiatan ilmiah, dan kegiatan imiah erat kaitannya dengan ilmu. Melalui sebuah penelitian akan dibangun ilmu baru dan pasti memerlukan landasan ilmu yang telah ada sebelumnya. Alasan inilah yang menyebabkan pentingnya kajian pustaka dalam sebuah penelitian. Melalui kajian pustaka akan dibangun kerangka terori dan kerangka berpikir penelitian.
Kerangka teori merupakan landasan pijak sekaligus memberikan arah sehingga kita dapat melakukan penelitian sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Menulis kajian teori berarti menuangkan pendapat ahli terkait dengan variabel yang kita teliti dalam bentuk kutipan baik langsung maupun tidak langsung kemudian mengkajinya dengan cara membanding-bandingkan dan memberi makna dalam bentuk interpretasi. Hasil kajian pustaka ini digunakan oleh peneliti sebagai kerangka teori yang berfungsi sebagai landasan dan gambaran bagi peneliti dalam melakukan proses penelitian. Dadalam penelitian kuantitaif, kerangka teori menjadi dasar dalam pengembangan instrumen penelitian.  Tanpa dukungan teori yang kuat maka sulit penelitian kuantitatif dapat dilakukan.
Menyusun kajian pustaka merupakan kegiatan membaca dan memahami referensi mengenai variabel penelitian. Dalam PTK dikenal dengan variabel masalah dan variabel tindakan. Setelah peneliti mengumpulkan hasil bacaan kemudian menuangkannya dalam satu bangunan kerangka teori yang cukup dalam dan tuntas. Kajian tersebut tidak sekedar rangkuman hasil bacaan berbentuk kutipan definisi tentang variabel, akan tetapi membahas tuntas setiap variabel.
Dalam perencanaan PTK ditetapkan masalah dan perlakuan atau tindakan yang akan digunakan sebagai solusi terhadap masalah yang dihadapi. Masalah yang diangkat harus dipahami benar oleh peneliti melalui kajian pustakan. Demikian juga penetapan tindakan tidak bisa dilakukan dengan menebak, atau berdasarkan rasa senang terhadap sebuah tindakan melainkan harus dilakukan melalui kajian pustaka. Jadi sebenarnya kajian pustaka sudah dilakukan peneliti para pra-PTK dan dalam proposal baru dituliskan dalam bab 2.
Seperti juga menulis paparan bagian lainnya, sebaiknya Anda menyusun kerangka tulisan sebelum menguraikannya. Hal itu akan sangat membantu Anda dalam mencari referensi. Adapun apabila dalam referensi ditemukan bagian yang belum terdaftar dalam kerangka karangan Anda dapat menambahkannya. Demikian juga apabila dalam referensi Anda tidak menemukan teori mengenai salah satu bagian yang telah ditulis dalam kerangka maka Anda dapat membuangnya atau menggantinya.
Penulisan kajian teori diawali dengan mambahas variabel masalah atau variabel dampak (what) kemudian disusul dengan pembahasan variabel perlakuan (how). Setiap bagian kemudian diurainakn sesuai dengan kebutuhan. Berikut ini contoh sistimatika untuk PTK Ibu Siti.
  1. Keterampilan Berbahasa
    • Definisi
    • Jenis keterampilan berbahasa
    • Kompetensi Dasar keterampilan berbahasa
    • Pembelajaran Keterampilan Berbahasa
    • Metode pembelajaran keterampilan berbahasa
  2. Metode 5W+1H
    • Definisi
    • 5W+1H sebagai metode pembelajaran
    • Prosedur pembelajaran
    • Media yang digunakan
    • Kelebihan dan kekurangan
Apabila variabel masalah ada dua maka dua-duanya dikaji. Jadi sistematikanya akan menjadi seperti berikut.
  1. Variabel masalah A
    • Sub bagian 1
    • Sub bagian 2
    • Sub berikutnya
  2. Variabel masalah B
    • Sub bagian 1
    • Sub bagian 2
    • Sub berikutnya
  3. Variabel tindakan
    • Sub bagian 1
    • Sub bagian 2
    • Sub berikutnya
Mutu kajian pustaka tidak terletak pada jumlah kutipan dan jumlah paparan yang Anda tulis melainkan isi dan mutu referensi. Sekali lagi ditegaskan bahwa kajian pustaka bukan rangkuman teori atau kumpulan pendapat para ahli, melainkan kajian atau bahasan. Mengjaki atau membahas artinya membandingkan dan memberi interpretasi dengan konteks penelitian kita.
Anda boleh menggunakan berbagai macam referensi namun harus yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiauh. Jenis-jenis referensi yang dapat digunakan seperti buku, jurnal, majalah, koran,  sumber elektronik seperti CD, dan web. Referensi web yang dapat digunakan hanya web-web tertentu yang dianggap ilmiah dan bermutu. Diupayakan referensi yang digunakan adalah terbitan terbaru, jangan sampai menggunakan sumber yang terbit 10 tahun lalu. Sebaiknya Anda melakukan kajian terhadap sumber yang jumlahnya memadai. Di kampus-kampus disyaratkan kepada mahasiswa untuk mengkaji sedikitnya 5 sumber untuk setiap variabel. Anda sebaiknya juga mengupayakan hal itu.
Bagi Anda yang tinggal di daerah biasanya kesultan memperoleh referensi. Banyak cara untuk memperolehnya. Yang pertama Anda bisa menyempatkan diri pergi ke perpustakaan kampus untuk membaca referensi. Kedua Anda dapat memesan referensi kepada teman yang ada di kota. Ketiga Anda bisa sharing referensi dengan teman lain.
Tidak ada penelitian yang tidak didasari dengan kajian pustaka dan menulis. Inilah yang menyebebakan wawasan Anda lebih luas dan dalam mengenai pembelajaran. Sejak kecil kita seudah belajar membaca dan menulis. Jadi membaca dan menulis tidak sulit karena merupakan pekerjaan kita sehari-hari sejak kecil.
Selamat membaca dan menlis.

Sumber : http://djj.bdkjkt.org/

Bagian dari susunan laporan karya tulis ilmiah adalah lampiran daftar pustaka yang berisi semua sumber yang telah dikutip pada bab-bab sebelumnya. Oleh karena itu, jenis dan jumlah daftar rujukan yang dimasukkan dalam daftar pustaka harus sama dengan yang dikutip sehingga hasil penelitian terbebas dari plagiasi.
Sumber rujukan dalam penelitian apapun jenisnya berbeda beda, bisa berasal dari buku-buku, majalah atau koran, jurnal maupun dari internet. Teknik penulisan daftar pustaka dibuat satu spasi, menggunakan pola alfabetis, nama penulis dibalik, baris kedua dan selanjutnya menjorok dan penulisannya disesuaikan dengan sumbernya, seperti:
  1. Rujukan dari buku: Anderson, Lorin W. 1989. The Efective Teacher. New York :  McGraw-Hill.
  2. Rujukan dari majalah atau Koran: Mulyana, Nana.  Pendidikan Bagi Anak Bangsa. Jakarta : Kompas, edisi 6 Februari 2011.
  3. Rujukan jurnal : Arthur, Linet, Harriet Marland, Amanda Pillc and Tony Read. 2010. School Culture and Postgraduate Professional Development: Delineating the Enabling School. Professional Development in Education. Vol. 36, No. 3, September 2010.
  4. Rujukan dari internet:  McNamara, Carter. 2000. Overview of Leadership in Organization. (Online). Tersedia:http://www.mapnp.org/library/leadership/htm. (Diakses: 28 Juli, 2013).



Sumber : http://djj.bdkjkt.org/

Ketika masalah telah memenuhi lima kriteria maka saatnya menentukan tindakan atau perlakuan. Yang dimaksud dengan tindakan adalah terapi yang akan dilakukan oleh peneliti dalam melakukan PTK. Dalam contoh kedokteran misalnya penderita struk diterapi dengan akupunctur sampai struknya sembuh. Dalam kasus Ibu Siti dengan masalah rendahnya kemampuan menangkap informasi rinci dari teks, tindakan apa yang secara ilmiah dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan tersebut?
Alternatif tindakan akan sangat beragam namun peneliti harus memilih salah satu yang paling tepat. Oleh karena itu tindakan yang dipilih harus memiliki syarat tertentu. Syarat pertama, tindakan harus terkait dengan penyebab masalah. Ini syarat substansial yang harus dipenuhi. Seorang dokter apabila memberikan resep obat maka harus mempertimbangkan apa penyebab dari penyakit yang diderita pasien. Kalau tidak maka dokter akan memberi obat yang salah dan akibatnya bisa fatal. Demikian juga dalam PTK, tindakan yang berfungsi sebagai obat untuk menyelesaikan masalah harus dipilih dengan pertimbangan penyebab dari masalah. Misalnya pada kasus Ibu Siti jika penyebab rendahnya kemampuan yang ditemukan adalah tidak tepatnya metode pembelajaran yang digunakan maka tindakan yang dipilih adalah menerapkan metode tertentu. Akan tidak tepat kalau Ibu Siti memilih tindakan penerapan media pembelajaran.
Kedua, tindakan yang dipilih harus teoretis. Yang dimaksud dengan teoretis adalah berdasarkan kajian teori. Kalaupun tindakan berupa sebuah inovasi yang belum ada dalam referensi maka harus diungkapkan landasan dari inovasi tersebut.
Ketiga tindakan sebaiknya yang belum pernah dilakukan sebelumnya dalam praktek pembelajaran sehari-hari. Mungkin tindakan yang dipilih merupakan sebuah inovasi atau penerapan dari teori yang up todate, misalnya sebuah model pembelajaran yang dikembangkan dari teori Multiple Intellegence yang selama ini belum banyak dilakukan.
Terakhir tentu saja tindakan harus sesuai dengan kemampuan, baik dari segi pendidik, sarana dan biaya. Ketika peneliti memilih tindakan yang inovatif dan bagus namun apa maknanya apabila kompetensi, sarana atau biaya tidak memungkinkan.
Berdasarkan pertimbangan terhadap syarat-syarat di atas maka langkah yang harus dilakukan peneliti dalam menentukan tindakan untuk PTK adalah pertama menelaah sebab-sebab terjadinya masalah, kedua mencari referensi terkait dengan penyebab masalah tersebut. Ketika melakukan telaah sebab akan ditemukan lebih dari satu sebab, peneliti harus menilai mana yang menjadi sebab utama. Demikian juga ketika mengkaji referensi akan ditemukan lebih dari satu tindakan yang mungkin dilakukan dan peneliti harus memilih satu tindakan yang paling tepat dan mungkin dilakukan.
Dalam PTK variabel pertama adalah variabel masalah dan variabel kedua  adalah variebel tindakan. Ketika Anda melakukan kegatain pra-PTK Anda harus sudah melakukan kajian terhadap setiap variabel. Melalui kajian tersebut Anda harus menemukan bahwa secara teoretis  variebel tindakan memiliki peluang besar untuk mempengaruhi variabel masalah. Kalau Anda tidak menemukan hubungan tersebut maka Anda harus mengganti variabel tindakan.
Conotoh sederhana. Variabel pertama curah hujan di kaliamntan, variabel kedua intensitas banjir di Jakarta. Sekilas ada hubungan karena hujan berkaitan dengan air dan hujan di Jakarta juga berhubungan dengan air. Tapi apakah logis kesimpulan bahawa curah hujan di Kalimantan berhubungan dangan, atau menyebebkan banjir di jakarta? Tentu tidak logis. Itu berarti kerangka berpikir yang digunakan keliru. Artinya penelitian tersebut secara paradigmatik tidak ilmiah dan harus mengganti variabel. Sebaiknya variabel pertama curah hujan di Bogor, varibel kedua intensitas banjir di Jakarta.
Contoh pada kasus Ibu Siti,berdasarkan kaji masalah maka dirumuskan tema dan masalah berikut:
Tema                  : Kemampuan membaca.
Masalah              : Rendahnya kemampuan peserta didik dalam menemukan informasi rinci dari teks.
Tindakan apa yang tepat untuk meningkatkan kemampuan menemukan informasi rinci dari teks? Langkah pertama untuk menjawabnya adalah mengkaji sebab dari masalah tersebut. Dalam kausus ini penyebab masalah sebagai berikut: Pada umumnya teks terdiri dari informasi terkait dengan 5 pertanyaan, yaitu apa, siapa, kapan, dimana, mengapa dan bagaimana. Para peserta didik banyak yang tidak memahami hal itu dan menurut pengalaman Bu Siti, memang para peserta didik tidak dilatih untuk menemukan informasi rinci berdasarkan karakter dan struktur teks tersebut.
Langkah berikutnya adalah mengkaji referensi. Dalam langkah ini peneliti harus membaca referensi terkait dengan tema focus masalah. Fungsi utama dari kaji referensi adalah memahami seluk beluk masalah dan merupakan upaya untuk mencari alternatif  tindakan. Yang harus didahulukan adalah memahami lebih dahulu anatomi masalahnya, baru kemudian memilih alternatif tindakan.  Urutan tersebut harus dilakukan karena alternatif tindakan akan sulit ditemukan sebelum peneliti memahami benar masalahnya.
Bisa jadi tindakan yang dipilih oleh peneliti adalah sebuah inovasi. Pilihan ini sangat baik dan itu sebenarnya yang diharapkan melalui sebuah PTK, yaitu menemukan teknik pembelajaran baru. Namun demikian tentu tidak ada sebuah inovasi yang tidak didasari oleh teori sebelumnya. Pasti ada referensi terkait dengan inovasi tersebut.
Dalam kasus Bu Siti, setelah menelaah referensi dan diskusi dengan teman sejawat ditemukan sebuah inovasi metode untuk melatih para peserta didik terampil menemukan informasi rinci dari teks.Bu Siti dan kolega menyebutnya metode 5W + 1H. Dalam pelaksanaan PTK Bu Siti akan melatih siswa agar terampil menemukan informasi rinci dengan menerapkan pola pertanyaan what-who-when-where-why dan how. Kepada peserta didik akan disodorkan teks kemudian mereka akan mencari informasi untuk menjawab keenam pertanyaan tersebut. Latihan ini akan dilakukan berkali-kali dalam bentuk bersiklus tindakan sehingga kelihatan peningkatannya.
Pada kasus Bu Siti maka tema, masalah dan tindakan dapat ditulis sebagai berikut:
Tema               : Kemampuan membaca.
Masalah        : Rendahnya kemampuan peserta didik dalam menemukan informasi rinci dari teks.
Tindakan         : Penerapan metode latihan mencari informasi berpola pertanyaan 5W + 1 H
Beberapa contoh tema, masalah dan tindakan dilihat di bawah ini.
Mata Pelajaran IPA
Tema               : Kemampuan kerja ilmiah.
Masalah          : Rendahnya kemampuan menyusun kesimpulan berdasarkan data hasil pengamatan.
Tindakan         : Penerapan model Inquir
Mata Pelajaran Kimia
Tema               : Penguasaan konsep kimia
Masalah           : Rendahnya hasil belajar pokok bahasan Kimia Lingkungan
Tindakan          : Penerapan metode proyek pembuatan film tentang pencemaran lingkungan
Mata Pelajaran Agama
Tema               : Hasil Belajar Mata Pelajaran Fiqih
Masalah           : Rendahnya hasil mata pelajaran Fiqih
Tindakan          : Penerapan sistem modular
Mata Pelajaran Matematika
Tema               : Pemahaman konsep volume bangun ruang
Masalah          : Sulitnya menerapkan konsep volume bangun ruang dalam kehidupan sehari-hari
Tindakan         : Penerapan pendekatan Realistic Matematic
Mata pelajaran Sejarah
Tema               : Kemampuan bernalar
Masalah           : Rendahnya kemampuan penalaran sejarah
Tindakan          : Penerapan pola Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP)
Mata Pelajaran IPS
Tema               : Keberanian mengungkapkan pendapat
Masalah          : Rendahnya kemampuan mengemukakan pendapat pada mata pelajaran IPS
Tindakan         : Penggunaan media komik tanda kata
Bagi pendidik yang mengajar di sekolah/madrasah unggulan mungkin ada yang tidak menemukan masalah pembelajaran. Semuanya sudah establish, fasilitas memadai, peserta didik tidak bermasalah dan kualitas pembelajaran sudah baik. Namun demikian sebanarnya tidak ada alasan tidak melakukan PTK karena PTK bukan hanya bertujuan menyelesaikan kelemahan-kelemahan, melainkan juga meningkatkan mutu. Apabila sebuah pembelajaran sudah baik maka boleh jadi melakukan PTK untuk meningkakannya agar lebih baik misalnya bagaimana meningkatkan hasil belajar melalui penerapan konsep  e-learning, bagaimana strategi pembelajaran untuk kelas akselerasi  dan sejenisnya.

Sumber : http://djj.bdkjkt.org/

Keberhasilan penelitian tindakan berbeda dengan penelitian lainnya yang didasarkan pada seberapa baik metodologi yang digunakan dan seberapa besar hasil penelitian itu dapat dipercaya. Khusus pada penelitian tindakan, keberhasilannya selain dilihat dari dua hal di atas, juga memperhatikan tingkat keefektifan tindakan yang dilakukan dalam meningkatkan kondisi tertentu sebagai variabel dampaknya.
Untuk menentukan bahwa perlakukan yang digunakan itu efektif dan memiliki dampak terhadap perubahan variabel lainnya maka harus ditentukan standar atau patokan yang membatasi bahwa perlakuan itu telah berhasil. Secara pasti tidak ada pembatasan mutlak untuk mengukur keberhasilan sebuah PTK, akan tetapi pada umumnya pembatasan ini minimal 60 % baik dari skor yang harus dicapai maupun besaran jumlah responden sebagai subyek penelitian.
Penentuan standar atau patokan keberhasilan dalam PTK ditentukan oleh peneliti itu sendiri dengan memperhatikan kondisi dan kemampuan subyek penelitian. Apabila subyek penelitian memiliki kemampuan yang cukup baik maka sangat memungkinkan patokan keberhasilannya dibuat lebih dari 60 %, akan tetapi jika sebaliknya, maka cukup dipatok 60 %. Contoh : ……” PTK ini dikatakan berhasil apabila siswa telah mencapai skor KKM minimal 70 dengan jumlah minimal 75 % dari total siswa…..”.
INSTRUMEN DAN PENGOLAHAN DATA

Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen dalam penelitian dapat berupa tes dan non tes. Instrumen berupa tes dibuat untuk mengukur kemampuan atau keterampilan tertentu. Tes ini dapat berupa tes lisan, tes tertulis ataupun tes performance tergantung pada jenis kemampuan atau keterampilan apa yang diinginkan. Sedangkan instrumen jenis non tes diantaranya sebagai berikut:
a.  Observasi langsung
Pengamatan data dengan observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan terjun langsung kedalam obyek penelitian. Oberservasi ini dapat dilakukan dengan cara terlibat dan beraktivitas bersama-sama dengan obyek yang diteliti atau hanya sebagai pengamat saja.
b.  Wawancara
Wawancara adalah proses percakapan yang berbentuk tanya jawab dengan tatap muka. Teknik ini bisa terstruktur dengan item-item pertanyaan yang telah disiapkan ataupun wawancara bebas.
c.  Daftar pertanyaan
Daftar pertanyaan (kuesioner) adalah seperangkat pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian. Bentuk kuesioner ini bisa berbentuk tertutup artinya pilihan jawaban sudah disediakan peneliti, atau terbuka berupa pertanyaan essey, atau semi terbuka artinya pilihan jawaban sudah disiapkan akan tetapi diberikan jawaban kosong yang disediakan bilamana responden merasa tidak ada yang cocok dengan jawaban yang telah disediakan.
d. Catatan lapangan
Catatan lapangan dilakukan untuk mengetahui kejadian-kejadian, fakta, dan interaksi yang terjadi di kelas selama dilakukan proses pebelajaran. Instrumen yang digunakannya adalah lembar catatan sesuai dengan jenis datanya.

Menentukan instrumen pengumpul data harus memperhatikan variabel yang akan diukur. Kalau variabel yang akan diukur ada dua maka setidaknya kta membutuhkan 2 instrumen. Untuk memudahkan merancang instrumen pengumpul data maka buatlah matriks identifikasi seperti berikut.

VARIABEL
METODE PENGUMPUL DATA
INSTRUMEN PENGUMUL DATA
Keretampilan menangkap isi teks
Tes tulis
Soal
Suasana belajar
Pengamatan, wawancara,
Tabel pengamatan,  anecdotal record(catatan hal-hal penting), daftar pertanyaan lisan, kamera.

Teknik analisis dan penafsiran data
Analisis dan penafsiran data merupakan bagian yang penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisis dan penafsiran data tersebut, maka data yang dihasilkan dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah-masalah yang diteliti. Data yang diperoleh dari lapangan akan tidak bermakna bahkan sia-sia jika tidak dilakukan analisis dan penafsiran mendalam sehingga mampu memberikan penjelasan bahkan prediksi terhadap apa yang akan terjadi.
Teknik analisis data adalah penjelasan tentang tata cara dan perangkat statistik yang digunakan menganalisis data penelitian, apakah berbentuk deskriptif, komparatif, atau asosiatif.
Teknik analisis deskriptif dilakukan untuk membuat gambaran suatu  obyek penelitian secara mendetil dan akurat sehingga memberikan makna yang jelas atas dari yang didapatkan dari lapangan. Oleh karena itu, dalam teknik ini perlu dijelaskan bagaimana peneliti akan menyajikan data yang dihasilkan dari lapangan, apakah dengan kategorisasi, persentase atau klasifikasi lainnya.
Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan untuk mengolah data yang didapatkan dari lapangan. Secara umum ada dua macam analisis data yaitu:
a.  Data kualitatif
Analisis data kualitatif dengan cara membuat klasifikasi, pengelompokkan dan penafsiran data yang diperoleh.
b.  Data kuantitatif
Analisis data kuantitatif yang diperoleh dari lapangan dengan menggunakan rumus persen yaitu skor perolehan dibagi skor ideal dikalikan 100 sehingga diketahui sebaran data yang rendah, sedang dan tinggi.
Setelah data dianalisis baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif dengan menggunakan statistik, maka perlu dijelaskan secara seksama melalui tafsir dan uraian tentang apa makna dibalik data yang ditemukan. Lebih baik lagi jika dalam penafsiran data diberikan penguatan dengan menjelaskan dukungan teori sebagai pisau analisis yang mengkaji temuan hasil penelitian sehingga apa yang telah didapatkan dari lapangan secara empirik dapat dibuktikan pula secara teoritik. Jika demikian, maka hasil penelitian dapat memberikan arti bagi kehidupan sesuai dengan fokus dan lokusnya yang kemudian bisa digunakan dalam pengambilan keputusan, penetapan kebijakan dan pemecahan masalah lainnya. 

MKRdezign

{facebook#http://www.facebook.com/c47ur1980} {twitter#http://twitter.com/c47ur1980} {google-plus#http://plus.google.com/u/0/+CaturYogaMeiningdiasoke} {pinterest#http://www.pinterest.com/c47ur1980} {youtube#https://www.youtube.com/channel/UCuK3oOO6zZmaOfbh3kw63pw} {instagram#https://www.instagram.com/caturyogam/}

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Gambar tema oleh enjoynz. Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget