Juli 2013

Seperti dipaparkan sebelumnya bahwa masalah yang akan diangkat untuk PTK harus memiliki setidaknya 5 kriteria seperti dalam penjelasan bab sebelumnya. Untuk meyakinkan bahwa masalah yang akan diangkat memenuhi kelima kriteria tersebut maka harus dilakukan kajian masalah. Tentu banyak teknik yang dapat dilakukan untuk mengkaji masalah. Dalam buku ini digunakan teknik kaji masalah melalui kaji dua langkah. Langkah pertama adalah menentukan fokus masalah dan langkah kedua merumuskan masalah.
Langkah pertama adalah menetapkan tema dan fokus masalah.  Seperti telah dipaparkan sebelumnya masalah untuk PTK dapat diperoleh dengan cara mengevaluasi, mengamati, meninjau atau merasakan. Hasil kajian tersebut akan menghasilkan tema dan fokus masalah.

Tema adalah unsur atau aspek pembelajaran yang akan diteliti. Tema dapat diambil dari SKL atau tujuan pembelajaran. Adapun fokus masalah adalah bagian spesifik dari tema yang mengandung masalah. Dalam kasus Bu Siti, tema masalahnya adalah kemampuan membaca, diambil dari SKL mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sedangkan fokus masalahnya adalah rendahnya kemampuan menangkap informasi rinci dari teks. Penetapan tema dan fokus masalah yang dilakukan oleh Ibu Siti merupakan gabungan dari kegiatan mengkaji hasil evaluasi dan meninjau dari segi SKL mata pelajaran.
Langkah menetapkan tema dan fokus masalah penting dilakukan oleh peneliti dengan tujuan agar peneliti memahami benar substansi masalah penelitian.Dengan menetapkan tema dan fokus masalah berarti peneliti telah memantapkan diri untuk melakukan peneltian dalam bidang tersebut.
Langkah kedua adalah mengkaji kelayakan fokus masalah untuk menjawab apakah fokus masalah sudah memenuhi lima kriteria yang telah dipaparkan di atas. Pengkajian kelayakan masalah dapat dilakukan dengan langkah seperti pada skema berikut:

Dalam skema terlihat bahwa fokus  masalah diuji dengan lima kriteria. Apabila fokus masalah tidak memenuhi salah satu dari kelima kriteria tersebut maka harus dieliminasi dan kembali untuk dikaji ulang di langkah pertama.
Penjelasan mengenai setiap kriteria sudah dipaparkan sebelumnya. Yang harus ditegaskan mengenai langkah mengkaji focus masalah pada skema di atas adalah bahwa ketika jawaban dari pertanyaan setiap langkah adalah ya, maka kajian lanjutkan ke kriteria berikutnya. Tetapi apabila jawaban dari pertanyan adalah tidak maka kajian jangan dilanjutkan. Lebih baik kembali ke kajian langkah pertama yaitu melakukan salah satu atau beberapa kegiatan menevaluasi,  mengamati, meninjau dan/atau merasakan. Misalnya untuk menguji apakah fokus masalah memiliki data otentik,ketika data otentik tidak ada maka peneliti harus kembali melakukan penelitian Pra-PTK (reconnaissance) sehingga memperoleh data yang dibutuhkan.Sebelum memperoleh data otentik maka kajian jangan dulu diteruskan.

Sumber : http://djj.bdkjkt.org/

Bu Siti sudah mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia di sebuah MTs selama 11 tahun.Beliau termasuk guru yang disukai karena menurut para siswa Bu Siti mengajarnya menyenangkan. Banyak siswa yang sering berkonsultasi maupun curhat kepada Bu Siti. Ia juga guru yang rajin karena sangat jarang bolos mengajar, dan tidak pernah meninggalkan kelas kalau tidak ada halangan penting. Hanya saja akhir-akhir ini Bu Siti merasa galau. Hasil evaluasi sumatif semester yang lalu di kelas yang ia ajar menunjukkan rendahnya hasil belajar Bahasa Indonesia. Demikian juga pengalaman Ujian Nasional tahun lalu, banyak sekali siswa yang mengulang ujian pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.Nilai hasil UN mata pelajaran Bahasa Asing malah lebih baik dari pada nilai Bahasa Indonesia.Itu phenomena yang kontradiktif karena seharusnya nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia lebih baik.
Karena Bu Siti memiliki keingintahuan yang tinggi.Beliau terus-menerus mencari jawaban, namun tidak dapat menjawabnya dengan hanya mengira-ngira. Oleh karena itu Bu Siti mencari data dimana, dalam hal apa kelemahan para peserta didik. Ia kemudian menganalisis lembar jawaban hasil evaluasi sumatif dan melakukan pencacahan pada nomor soal yang mana saja siswa tidak dapat menjawab. Setelah diolah maka teridentifikasi bahwa kebanyakan siswa salah menjawab soal-soal yang berkaitan dengan teks.Bu Siti merenung mengapa ini terjadi, lalu mengajak beberapa guru untuk berdiskusi.Beberapa teman menyarankan untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas sebagai upaya menemukan jawabannya.Dalam benak Bu Siti sebenarnya sudah terpikir sebelumnya untuk melakukan PTK.Ketika teman-teman mengusulkannya maka Bu Siti bertekad untuk melakukan PTK.
Bu Siti kemudian mengajak teman sejawat untuk mengadakan pertemuan lanjutan. Dalam pertemuan tersebut disepakati 4 orang kolaborator lalu sepakat untuk menyusun proposal dengan tema, masalah dan tindakan sebagai berikut:
Tema        : kemampuan menemukan informasi rinci dari teks
Masalah: Rendahnya kemampuan peserta didik dalam menemukan informasi rinci dari teks.
Tindakan  : yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah ini kemungkinan besar terkait dengan metodologi pembelajaran misalnya penerapan pembiasaan menangkap informasi dengan pertanyaan 5W + 1H. Dalam pelaksanaan PTK guru peneliti akan melatih siswa untuk menerapkan pola bertanya dengan pertanyaan what-who-when-where-why dan how.
Ada beberapa hal terkait dengan kasus Bu Siti.Pertama masalah muncul dari kelas.Masalah rendahnya kemampuan menangkap informasi rinci dari teks adalah masalah ril hasil belajar.Kedua masalah lahir bukan dari angan-angan atau hanya keinginan semata melainkan berdasarkan data otentik yang dapat dipercaya, yaitu data hasil analisis terhadap hasil evaluasi sumatif.Ketiga kemampuan menangkap informasi rinci secara teoretis dapat ditingkatkan melalui tindakan metodologis tertentu.Keempat masalah tersebut sangat penting diselesaikan karena kemampuan menemukan informasi rinci merupakan kompetensi utama dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.Salah satu kompetensi utama yang harus dikuasai di era global adalah mencari, menangkap, memilah dan menggunakan informasi dari berbagai sumber.Selain itu, tak kalah pentingnya meningkatkan nilai hasil Ujian Nasional.
Jadi berdasarkan kasus Bu Siti, tema dan masalah yang layak diangkat untuk PTK setidaknya memiliki kriteria:
  1. Masalah berasal dari kelas,
  2. Dilandasi dengan data otentik
  3. Tidak terlalu luas dan terlalu sempit
  4. Ada kemungkinan untuk diselesaikan melalui tindakan di kelas.
  5. Penting (urgen) untuk segera diselesaikan.
Pertama masalah harus berasal dari kelas.Sering ada kasus di daerah, bahkan juga di perkotaan.Pendidik sering berasumsi bahwa rendahnya hasil belajar banyak disebabkan oleh faktor siswa seperti latar belakang orang tua, tingkat ekonomi, jarak dari rumah ke sekolah/madrasah dan sejenisnya.Masalah itu nyata di wilayah geografis dan demografis Indonesia dan juga berlandaskan kepada data otentik.Hanya saja masalah seperti ini tidak dapat diangkat menjadi masalah PTK. Alasannya karena masalah tersebut  tidak terkait langsung dengan pembelajaran di kelas dan diluar wilayah pendidik untuk menyelesaikannya. Misalnya, kalau berasumsi rendahnya hasil belajar disebabkan oleh latar belakang pendidikan orang tua, apakah pendidik akan melakukan tindakan dengan cara menyekolahkan orang tua untuk meningkatkan hasil belajar anak mereka? Tentu itu diluar jangkauan pendidik.Jadi masalah untuk PTK jangan terlalu umum, melainkan harus spesifik terkait dengan masalah pembelajaran.
Kedua harus dilandasi dengan data otentik.Masalah yang akan diteliti harus benar-benar terjadi dalam kelas yang akan menjadi lokus PTK. Itu hanya akan diperoleh ketika guru peneliti melakukan penelitian pra-PTK yang sering disebut reconnaissance. Pada kasus Bu Siti, beliau melakukan analisis terhadap hasil evaluasi sumatif, mengolahnya dan menarik sebuah simpulan.Data-data itulah yang dimaksud dengan data otentik. Dengan cara seperti itu maka penelitian akan mengarah ke penyelesaian masalah utama. Jangan sampai penelitian dilakukan untuk menjawab masalah yang salah.Seperti seorang dokter mau memberi obat kepada seorang pasien maka dokter melakukan diagnosis terlebih dahulu.Melalui diagnosis dokter mendapatkan data otentik mengenai penyakit yang diderita pasien.Berdasarkan data hasil diagnosis itu maka dokter berani menuliskan resep obat untuk menyembuhkannya.
Ketiga tidak terlalu sempit.Sering ditemukan masalah yang terlalu sempit.Misalnya guru mata pelajaran Agama menemukan kesulitan pada siswa kelas tertentu dalam praktek gerakan shalat wajib.Masalah tersebut bagus dan penting, namun karena PTK harus dilakukan minimal dua siklus dan setiap siklus minimal 2 pertemuan maka materi praktek gerakan shalat wajib terlalu panjang apabila diselenggarakan 4 pertemuan. Ketika masalah itu akan diangkat dalam PTK maka harus digabung dengan materi sejenis dari kompetensi dasar lain yang ada dalam smester yang sama. Misalnya digabung dengan praktek shalat sunnah yang berada di Kompetensi Dasar lain. Apabila demikian maka masalah yang diangkat bukan kesulitan siswa memperagakan gerakan shalat wajib, melainkan kesulitan siswa memperagakan gerakan shalat. Konsekuensinya apabila antara KD shalat wajib dengan KD shalat sunnah tidak berurutan maka pertemuan dan siklus PTK yang akan dilaksanakan tidak akan sambung menyambung melainkan akan loncat-loncat.  Hal itu tidak menjadi masalah dalam pelaksanaan PTK. Atau KD shalat sunnah ditarik agar berdampingan dengan KD shalat wajib. Dalam aturan pembelajaran teknik tersebut juga diperbolehkan.
Keempat ada kemungkinan untuk diselesaikan melalui tindakan di kelas.Seringkali masalah pembelajaran terletak pada prasarana pendidikan. Misalnya kelasnya di pinggir jalan sehingga bising dan sangat mengganggu proses pembalajaran. Ini masalah ril kelas namun tidak dapat diangkat menjadi masalah untuk PTK karena solusinya tidak berbentuk tindakan guru di kelas melainkan masalah yang harus diselesaikan oleh tingkat sekolah, misalnya membangun benteng yang tinggi sehingga dapat memantulkan suara bising kendaraan.
Kelima masalah yang diangkat untuk PTK harus penting (urgen) untuk segera diselesaikan.Kalau menemukan beberapa masalah pembelajaran dalam sebuahkelas maka yangharus diselesaikan lebih dahulu adalah yang lebih mendesak. Pada kasus Bu Siti apabila ada masalah lain yang lebih utama misalnya ternyata banyak siswa yang kecepatan membaca masih rendah maka harus diutamakan adalah penyelesain masalah kecepatan membaca terlebih dahulu.
Kebanyakan masalah PTK berputar sekitar metodologi pembelajaran.Sebenarnya komponen pembelajaran sangat banyak dan masalah pembelajaran menyebar pada komponsn-komponen tersebut. Komponen yang lain seperti penerapan media dan sumber belajar, teknik evaluasi pembelajaran, sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, motivasi belajar, gaya belajar dan sikap guru.
Salah satu contoh masalah yang terkait dengan kompetensi guru misalnya kasus peserta didik tidak menyukai mata pelajaran yang disebabkan oleh sikap dan perilaku guru yang tidak ramah.  Misalnya sikap kasar, galak, judes, kurang senyum, atau sejenisnya. Masalah tersebut dapat diangkat untuk PTK. Melalui PTK guru belajar memperbaiki sikap secara bersiklus sehingga berdampak terhadap meningkatnya rasa senang para siswa terhadap meta pelajaran yang diajarkannyanya. Guru tersebut tema dan masalah sebagai berikut:
Tema        : Minat siswa terhadap mata pelajaran X.
Masalah  : Rendahnya minat siswa terhadap mata pelajaran X karena perilaku guru yang kurang ramah.
Tindakan yang dilakukan dalam PTK ini adalah guru peneliti melakukan pembiasaan berperilaku ramah secara bertahap sampai minimal dua siklus PTK.Perilaku ramah sebagai tindakan dirumuskan secara operasional misalnya memberikan lebih banyak senyuman, memberikan kata sanjungan, sabar menghadapi masalah, tidak mengucapkan kata kasar, tidak marah dan sejenisnya.
Penelitian Tindakan Kelas dengan tema seperti ini patut diacungi jempol.Tidak banyak pendidik yang melakukan refleksi dan mau menyadari bahwa kelemahan dalam pembelajaran terletak dalam dirinya. Apalagi memiliki kehendak untuk memperbaikinya melalui penelitian yang melibatkan orang lain seperti PTK. Mungkin saja masalah ini sesungguhnya sangat banyak. Apabila banyak pendidik yang mau melakukan PTK untuk menyelesaikan masalah ini maka akan berdampak terhadap peningkatan mutu pembelajaran.
Bagi pendidik yang mengajar di sekolah/madrasah unggulan mungkin ada yang tidak menemukan masalah pembelajaran. Semuanya sudahestablish, fasilitas memadai, peserta didik tidak bermasalah dan kualitas pembelajaran sudah baik. Namun demikian sebanarnya tidak ada alasan tidak melakukan PTK karena PTK bukan hanya bertujuan menyelesaikan kelemahan-kelemahan, melainkan juga meningkatkan mutu. Apabila sebuah pembelajaran sudah baik maka boleh jadi melakukan PTK untuk meningkatkannya agar lebih baik misalnya bagaimana meningkatkan hasil belajar melalui penerapan konsep  e-learning, bagaimana strategi pembelajaran untuk kelas akselerasi  dan sejenisnya.
Jangan heran kalau banyak yang merasa kesulitan dalam menentukan masalah untuk PTK. Kesulitan ini memang  dialami oleh banyak pendidik. Yang menjadi sebab adalah rendahnya tradisi meneliti di sekolah/madrasah.Rendahnya tradisi ini tentu bukan semata salah pendidk tetapi sistem yang kurang mendukung.Namun demikian guru harus mulai meningkatkan motivasi untuk melakukan peneltian. Seorang guru yang professional hanya akan mengikat kemampuannya dengan cara terus menerus belajar meningkatkan kualitas. Salah satunya adalah dengan melakukan penelitian. Melalui peneltian pendidik  akan memahami pembelajaran lebih detil dan menemukan banyak teknik menyelesaikan masalah yang timbul. Meneliti akan dapat mengentarkan para pendidik ke tingkatan guru ahli. Itu sebabnya karya ilmiah menjadi salah satu syarat untuk memperoleh skor dalam kenaikan pangkat.
Cara untuk menemukan masalah penelitian adalah dengan cara terus menerus mengamati dan mengevaluasi proses dan hasil belajar. Hasil evaluasi akan memberikan data otentik mengenai hasil pembelajaran dan pengamatan akan memberi data otentik mengenai proses pembelajaran. Sesekali kita harus melakukan observasi dengan menyebarkan angket kepada para siswa untuk mengetahui persepsi mereka tentang sikap dan peri laku, gaya mengajar atau metode yang sering digunakan. Apakah mereka senang dengan penampilan kita. Ada kalanya seorang pendidik harus mengundang  kawan untuk mengamati proses pembelajaran dan meminta pendapat tentang kelebihan dan kekurangannya. Dengan cara itu pendidik akan dapat mengidentifikasi masalah-masalah yang sebenarnya terjadi.
Sebenarnya tidak ada seorangpun yang menjalankan sebuah profesi tidak memiliki masalah dalam pekerjaannya. Malah kalau ada seorang pelaku profesi mengatakan tidak mengalami masalah maka ada kemungkinan ia tidak paham detil pekerjaannya dan itulah masalah utamanya.
Ilustrasi
Pengawas            : Apa masalah yang akan diangkat dalam penelitian anda?
Guru        : Saya tidak punya masalah, makanya saya tidak akan melakukan
penelitian.
Pengawas: Masalah utama yang harus anda teliti adalah mengapa anda tidak merasa punya masalah.
Guru        : Lha?
Komponen pembelajaran sebenarnya sangat banyak.Dilihat dari segi barangnya terdiri dari kurikulum, pandidk, tenaga kependidikan, siswa, manajemen, prasarana, sarana danmedia pembelajaran.Untuk membantu menemukan masalah berikut ini disediakan tabel sumber masalah PTK.Ketika menentukan masalah maka lihat di muara yaitu pada siswa baik yang berupa perilaku maupun hasil belajar.

KOMPONEN
MASALAH
TINDAKAN
Guru
Penguasaan substansi materi

Penguasaan metodologi

Perilaku

Siswa
Motivasi belajar

Minat belajar

Kedisiplinan belajar

Gaya belajar

Sumber belajar
Penggunaan alam sekitar sebagai sumber belajar

Penggunaan modul

Penggunaan internet

Media belajar
Penggunaan media audio visual


Diantara isi-isu aktual terkait dengan pembelajaran yang bias diangkat untuk PTK adalah:
  1. Pendidikan karkter
  2. Penerapan multiple intelligent
  3. Penerapan IT dalam pembelajaran
  4. Distance education
  5. E-learning
  6. Hasil belajar
  7. Sikap belajar
  8. Motivasi
  9. Penggunaan media dan sumber belajar
  10. Aturan kelas
  11. Lingkungan belajar
  12. Kompetensi guru
Sumber : http://djj.bdkjkt.org/

Menentukan masalah untuk PTK sebenarnya tidak sulit karena masalah yang harus diangkat terkait dengan hal-hal praktek sederhana yang akrab dialami setiap hari dalam pembelajaran. Seyogyanya apabila seorang pendidik paham dan peduli terhadap pembelajaran maka tidak akan sulit menemukan masalah untuk PTK.  Selain itu sebenarnya masalah PTK berpangkal hanya pada dua hal saja, yaitu proses pembelajaran dan hasil belajar. Jadi ketika mencari masalah untuk diangkat dalam PTK maka dua pertanyaan besar yang harus diajukan yaitu pertamaApakah proses pembelajaran sudah baik?; dan kedua : Apakah hasil belajar sudah baik? Apabila jawabannya tidak atau belum maka disana terdapat masalah.

Namun demikian, dua pangkal masalah tersebut terlalu besar untuk dijadikan sumber masalah PTK. Oleh karena itu kedua pangkal masalah tersebut harus diurai ke dalam sumber-sumber masalah yang spesifik. Salah satu pendekatan untuk mengurai pangkal masalah tersebut adalah dengan melakukan empat kegiatan yaitu mengevaluasimengamati, merasakan dan meninjau atau mengkaji proses dan hasil belajar. Pendekatan ini dapat digambarkan dalam peta konsep berikut:
Peta konsep di atas menggambarkan bahwa sumber masalah untuk PTK ternyata sangat banyak. Pertama masalah dapat diperoleh dengan cara melakukan evaluasi. Mengevaluasi berarti membandingkan hasil belajar dengan tujuan pembelajaran. Secara garis besar mengevaluasi hasil belajar dapat dilakukan dalam bentuk formatif, sumatif dan ujian akhir satuan pendidikan dalam bentuk UN dan UAS/M BAN. Melalui evaluasi formatif dapat diperoleh data apakah KKM KD tercapai,  melalui evaluasi sumatif dapat diperoleh informasi apakah KKM SK tercapai, dan melalui UN dan UAS/M BAN akan diperoleh informa siapakah SKL tercapai. Apabila ketiga criteria ketuntasan tersebut belum tercapai maka disana ada masalah.
Kedua masalah PTK dapat diketahui melalui pengamatan terhadap proses. Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai karakter dan perilaku siswa seperti motivasi, minat, kedisiplinan, gaya belajar, tingkat ketertarikan terhadap mata pelajaran, kesulitan belajar dan sejenisnya.  Untuk mendeteksi masalah para pendidik juga harus melakukan observasi untuk mengetahui apakah para peserta didik senang dengan penampilan pribadi pendidik. Ada kalanya seorang pendidik harus mengundang kawan untuk mengamati proses pembelajaran dan meminta pendapat tentang kelebihan dan kekurangannya. Dengan cara itu pendidikakan dapat mengidentifikasi masalah-masalah yang sebenarnya terjadi. Apabila hasil pengamatan diperoleh informasi bahwa kurang bergairah belajar, mengalami kesulitan belajar, malas, kurang disiplin dan sejenisnya maka dapat dinyatakan bahwa terdapat masalah dalam pembelajaran.
Ketiga masalah PTK dapat diperoleh melalui kegiatan merasakan. Dalam pembelajaran sumber masalah tidak hanya muncul dari hasil pengamatan terhadap siswa dan lingkungan pembelajaran melainkan juga dapat timbul dari aspek psikologis pendidik, misalnya rasa senang, rasa aman dan rasa nyaman yang dialami pendidik. Aspek ini tentu tidak dapat diabaikan karena merupakan salah satu factor penentu keberhasilan pembelajaran. Untuk mengetahuinya adalah dengan cara merasakannya. Ketika melakukan pembelajaran maka rasakan apakah pendidik merasa bergairah, dapat menikmati, aman dan nyaman? Kalau tidak, pasti ada masalah.
Keempat, mendeteksi masalah untuk PTK dapat dilakukan dengan cara meninjau proses dan hasil pembelajaran dari berbagai segi misalnya dari segi teori, dari segi kriteria, dari segi standar. Meninjau pembelajaran dari segi teori bias dilakukan dengan cara membaca referensi atau diskusi lalu bandingkan dengan praktek pembelajaran sehari-hari apakah sudah sesuai dengan teori.  Misalnya dalam pembelajaran Fisika, berdasarkan teori model pembelajaran utama yang harus digunakan adalah model pembelajaran inquiri kemudian bandingkan dengan pembelajaran sehari-hari apakah sudah menerapkan model inquiri sebagai model utama?
Pembelajaran dapat juga ditinjau dari segi SKL yang terdiri dari SKL satuan pendidikan, SKL kelompok mata pelajaran dan SKL mata pelajaran. SKL selain dari gambaran mengenai kompetensi yang harus dikuasai peserta didik juga menggambarkan aspek yang harus dikuasai. Dalam SKL Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI misalnya ada pernyataan bahwa peserta didik harus menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif, dengan bimbingan guru/pendidik. Pertanyaan yang harus diajukan: Apakah pembelajaran sudah mencakup aspek tersebut? Kalau belum maka pembelajaran bermasalah dan harus diperbaiki. Contoh lain, misalnya dalam SKL mata pelajaran bahasa, terdapat empat aspek yang harus dikuasai, yaitu mendengar,  berbicara, membaca, dan menulis. Setelah mengkaji maksud dari aspek yang ada dalam SKL, lalu bandingkan apakah pembelajaran sudah mencakup keempat aspek tersebut secara proporsional.
Pembelajaran juga dapat ditinjau dari segi tujuan mata pelajaran. Dalam lampiran Standar Isi setiap mata pelajaran terdapat tujuan mata pelajaran yang berisi aspek-aspek yang harus menjadi target dari pembelajaran. Contohnya dalam Standar Isi mata pelajaran Geografi SMA tercantum tujuan mata pelajaran seperti berikut:
  1. Memahami pola spesial, lingkungan dan kewilayahan serta proses yang berkaitan
  2. Menguasai keterampilan dasar dalam memperoleh data dan informasi, mengkomunikasikan dan menerapkan pengetahuan geografi
  3. Menampilkan perilaku peduli terhadap lingkungan hidup dan memanfaatkan sumber daya alam secara arif serta memiliki toleransi terhadap keragaman budaya masyarakat.
Pertanyaannya: Apakah pembelajaran geografi yang diselenggarakan oleh seorang guru sudah mencakup aspek-aspek tersebut? Kalau belum berarti masih ada yang kurang dalam pembelajaran dan kekurangan tersebut dapat menjadi sumber masalah untuk PTK.
Dengan demikian sumber masalah untuk PTK sangat banyak. Yang harus dilakukan oleh para pendidik untuk mengeksplorasi masalah PTK adalah dengan cara terus menerus mengevaluasi, mengamati, merasakan dan mengkaji atau meninjau pembelajaran.

Sumber : http://djj.bdkjkt.org/

Metodologi penelitian tidak identik dengan metode penelitian karena metodologi adalah seperangkat aspek yang terkait dengan pelaksanaan penelitian seperti metode, instrumen, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Dalam metodologi penelitian tindakan kelas memuat hal-hal sebagai berikut :
Setting penelitian
Setting penelitian menguraikan tentang tempat dan waktu dilaksanakannya penelitian hingga detil dalam bentuk tabel rencana waktu dari awal sampai akhir penelitian. Pada poin ini juga perlu diuraikan subyek penelitian yaitu uraian tentang kelas berapa dan berapa siswa tempat dilakukannya penelitian tindakan.
Contoh :
Penelitian ini akan dilaksanakan di MTsN 17 Jakarta dengan uraian waktu kegiatan sebagai berikut:

No
Kegiatan
September 2013
Oktober 2013
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Persiapan proposal








2
Persiapan penelitian








3
Pelaksanaan siklus pertama








4
Dst….








Prosedur penelitian
Prosedur penelitian menjelaskan siklus yang direncanakan dalam penelitian termasuk materi yang diajarkan pada setiap siklusnya.
Contoh :
Pada penelitian ini direncanakan dua siklus dan setiap siklusnya dua kali tatap muka sehingga total pertemuannya empat kali tatap muka. Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:
Siklus 1
Siklus pertama ini dimulai tanggal 10 sampai 25 September 2013, dengan tahapan kegiatan :
  1. Planning:Uraikan rencana yang dibuat
  2. Acting: Uraikan rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan
  3. Observing:Uraikan pelaksanaan observasi yang akan dilakukan
  4. Reflecting:Uraikan rencana refleksi siklus pertama
Siklus 2
Siklus kedua ini dimulai tanggal 27 September sampai 12 Oktober 2013, dengan tahapan kegiatan :
  1. Planning:Uraikan rencana yang dibuat setelah diperbaiki dari hasil refleksi siklus pertama.
  2.  Acting: Uraikan rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan.
  3. Observing: Uraikan pelaksanaan observasi yang akan dilakukan
  4. Reflecting : Uraikan rencana refleksi siklus kedua
Sumber : http://djj.bdkjkt.org/

Pelengkap proposal terdiri dari dua bagian, yaitu bagian depan dan bagian belakang. Sebagai sebuah dokumen pelengkap ini sangat penting karena kalau tidak ada maka orang lain yang membacanya akan melihat dengan sebelah mata. Bagian pelengkap terutama bagian depan yang kadang dilihat  lebih dahulu, dan kalau tampilannya kurang menarik maka orang tidak berminat membacanya.
Mari kita lihat dafta pelengkap proposal berikut ini.
Bagian depan
  1. Halaman depan (cover)
  2. Kata pengantar
  3. Daftar isi
  4. Daftar tabel
  5. Daftar gambar
Bagian belakang
  1. Biodata peneliti
  2. Biodata kolaborator
  3. Rencana Pelaksanaaan Pembelajaran
  4. Media pembelajaran
  5. Instrumen pengumpul data
Beberapa hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Pertama, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan digunakan dalam siklus pertama harus dilampirkan. Artinya rancangan pembelajaran dengan penerapan tindakan yang telah ditetapkan unutk siklus pertama harus sudah terlampir dalam proposal. RPP ini harus menjadi fokus perhatian karena ujung tombak dari PTK adalah proses pembelajaran. Ketika rancangan pembelajaran kurang baik maka keberhasila tindakan akan bias.
Penysunan RPP harus sesuai dengan standar. Pada KTSP lihat aturan penyusunan RPP pada Stadar Proses (Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007). Pada Kurikulum 2013 lihat pada Panduan Umum Pembelajaran (Lampiran Permendikbid No. 81A Tahun 2013). Susunlah RPP yang inovatif dan di bagian kegiatan belajar sesuaikan dengan skenario penerapan tindakan yang telah diuraikan dalam kajian pustaka. Untuk menjamin bahwa RPP yang kita susun sesuai dengan teori mengenai tindakan maka sebaiknya diskusikan secara mendalam dengan para kolaborator.
Rancangan media pembelajaran juga harus sudah dilampirkan dalam proposal. Kalau medianya bersifat benda maka lampirkan rancangannya dalam bentuk skema, gambar atau foto. Kalau dalam bentuk lembaran seperti LKS dan sejenisnya maka dapat dilampirkan aslinya.
Instrumen pengumpul data seperti pertanyaan pengarah untuk pengamatan, tabel pengamatan, angket, soal dan rubrik penilaian juga harus dilampirkan setidaknya unutk kebutuhan siklus pertama.

Sumber : http://djj.bdkjkt.org/

Tujuan penelitian adalah pernyataan mengenai target yang ingin diraih melalui penelitian. Tentu saja tujuan penelitian terkati dengan rumusan masalah.  Malah dapat dikatakan bahwa tujuan penelitian merupakan pernyataan positif dari rumusan masalah.
Seecara sederhana, tujuan penelitian dirumuskan dengan cara membuang kata tanya dan tanda Tanya yang ada dalam rumusan masalah. Perhatikan contoh tujuan penelitian di bawah ini dan bandingkan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas.
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN PENELITIAN
Bagaimana peningkatan keterampilan mengnagkap isi teks melalui penerapan latihan menjawab pertanyaan melalui pola 5W+1H di kelas IX C MTs Al-Ishlah Batugede Jakarta Utara?
Untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan mengnagkap isi teks melalui penerapan latihan menjawab pertanyaan melalui pola 5W+1H di kelas IX C MTs Al-Ishlah Batugede Jakarta Utara?
Bagimana suasana belajar pada latihan menangkap isi teks melalui penerapan latihan menjawab pertanyaan melalui pola 5W+1H di kelas IX C MTs Al-Ishlah Batugede Jakarta Utara?
Untuk mendeskripsikan suasana belajar pada latihan menangkap isi teks melalui penerapan latihan menjawab pertanyaan melalui pola 5W+1H di kelas IX C MTs Al-Ishlah Batugede Jakarta Utara?
Bagaimanakah peningkatan kemampuan siswa dalam menyusun kesimpulan setelah menggunakan model inquiri?
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa menyusun kesimpulan setelah menggunakan model inquiri.
Bagaimanakah suasana belajar di kelas dengan menggunakan model inquiri?
Untuk mengetahui suasana belajar di kelas dengan menggunakan model inquiri.
Bagaimanakah kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat setelah menggunakan metode debat?
Untuk menjelaskan peningkatan kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat setelah menggunakan metode debat.
Bagaimanakah partisipasi siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode debat?
Untuk menjelaskan partisipasi siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode debat.
Bagaimanakah peningkatan pemahaman siswa mengenai materi volume bangun ruang setelah menggunakan pendekatanmathematic realistic?
Untuk mendeskripsikan peningkatan pemahaman siswa mengenai materi volume bangun ruang setelah menggunakan pendekatan mathematic realistic.
Bagaimanakah aktivitas siswa dalam pembelajaran materi volume bangun ruang dengan menggunakan pendekatanmathematic realistic?
Untuk mendeskripsikan aktivitas siswa dalam pembelajaran materi volume bangun ruang dengan menggunakan pendekatanmathematic realistic.

Setelah peneliti memaparkan latar belakang masalah dan tindakannya dalam bagian latar belakang maka langkah selanjutnya adalah merumuskan masalah. Rumusan masalah dinyatakan dalam kalimat tanya. Pertanyaan inilah yang ingin diketahui jawabannya melalui proses penelitian. Oleh karena itu rumusan masalah harus jelas, spesifik dan dapat diukur. Selain itu rumusan masalah harus memungkinkan untuk dijawab dalam penelitian dengan mempertimbangkan kemampuan ayang ada.
Masalah yang akan diangkat dalam penelitian mungkin hanya satu namun jumlah rumusan masalah dalam PTK bisa lebih dari satu. Rumusan masalah dapat terdiri dari rumusan yang menanyakan proses dan satu yang menanyakan hasil.
Untuk kasus penelitian Ibu Siti yang kita angkat, rumusan masalah bisi sebagai  berikut.
  1. Bagaimana peningkatan keterampilan mengnagkap isi teks melalui penerapan latihan menjawab pertanyaan melalui pola 5W+1H di kelas IX C MTs Al-Ishlah Batugede Jakarta Utara?
  2. Bagimana suasana belajar pada latihan menangkap isi teks melalui penerapan latihan menjawab pertanyaan melalui pola 5W+1H di kelas IX C MTs Al-Ishlah Batugede Jakarta Utara?
Rumusan masalah pertama pada contoh di atas menanyakan bagaimana hasil dari tindakana yang akan dilakukan dalam beberapa siklus. Rumusan masalah kedua mempertanyakan susana belajar pada proses latihan menggunakan pola pertanyaan 5W+1H. Dalam pertanyaan ini termasuk beberapa poin yang dapat diukur seperti: Apakah peserta didik merasa senang melakukannya? Apakah peserta didik merasa dimudahkan dengan pola tersebut? Apakah proses penemuan informasi dari teks lebih cepat?
Berikut ini beberapa contoh rumusan masalah:
Meningkatkan keterampilan menyimpulkan menggunakan model inquiri
  1. Bagaimanakah kemampuan siswa menyusun kesimpulan hasil pengamatan setelah menggunakan model inquiri?
  2. Bagaimanakah suasana belajar di kelas dengan menggunakan model inquiri?
Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat menggunakan metode debat.
  1. Bagaimanakah kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat setelah menggunakan metode debat?
  2. Bagaimanakah partisipasi siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode debat?
Penerapan pendekatan mathematic realistic untuk meningkatkan pemahaman trhadap konsep volume bangun ruang
  1. Bagaimanakah peningkatan kemampuan siswa dalam memahami materi volume bangun ruang setelah menggunakan pendekatan mathematic realistic?
  2. Bagaimanakah aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan mathematic realistic?
Pada contoh di atas masing masing kasus mengajukan dua pertanyaan. Jumlah tersebut tidak baku. Anda dapat mengajukan pertanyaan lebih dari dua. Yang harus menjadi pertimbangan adalah kemampuan kita untuk menjawabnya. Kalau memang kita dapat mengumpulkan data untuk mendukungnya maka tidak masalah.
Sumber : http://djj.bdkjkt.org/

Dalam penulisan manfaat penelitian tidak ada aturan khusus seperti pada perumusan masalah dan tujuan penelitian. Manfaat penelitian merupakan keberartian hasil penelitian untuk peneliti sendiri ataupun untuk orang lain. Biasanya manfaat penelitian yang ditulis hanya untuk yang terkait langsung dengan hasil penelitian seperti untuk peneliti, untuk guru lain, untuk siswa, dan untuk sekolah.
Contoh manfaat penelitian:
  1. Bagi peneliti. Hasil penelitian ini menjadi bekal untuk melakukan proses pembelajaran lebih baik lagi sehingga hasil belajar siswa dapat dicapai dengan optimal.
  2. Bagi siswa. Hasil penelitian ini memberikan pengalaman kepada siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang tidak biasa dilakukan oleh para guru.
  3. Untuk sekolah. Hasil penelitian ini menjadi salah satu referensi yang dapat dibaca oleh seluruh keluarga besar sekolah terutama para guru dalam rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
Penulisan manfaat penelitian tindakan kelas tidak kaku harus seperti pointer-pointer di atas, oleh karena itu dapat pula ditulis seperti:
  1. Memberi pengalaman bagi peneliti dan kolaborator dalam melakukan penelitian tindakan kelas.
  2. Memberikan gambaran menganai pentingnya memilih metode yang tepat untuk meningkatkan kemampuan membaca, khususnya menemukan informasi rinci dari teks yang sering menjadi kendala bagi para siswa.
  3. Telaah mengenai proses penerapan metode pertanyaan berpola 5W + 1H diharapkan dapat memberikan pengalaman berharga bagi peneliti dan diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai best practices bagi sesama guru bahasa Indonesia yang memiliki masalah yang relatif sama.
  4. Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa kelas IX MTs X dalam meningkatkan kemampuan menemukan informasi rinci dari teks sehingga dapat meningkatkan kemampuan membaca dan dapat membantu dalam menyelesaikan soal-soal pada Ujian Nasional.
  5. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas pebelajaran Bahasa Indonesia di MTs X. 
Sumber : http://djj.bdkjkt.org/

Kerangka berpikir adalah alur berpikir yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian berupa sebuah penjelasan bahwa variabel yang satu secara logis berkaitan dengan variabel lainnya. Kerangka berpikir selanjutnya digunakan sebagai landasan atau argumentasi untuk merumuskan hipotesis.
Kerangka berpikir merupakan silogisme (logika) yang terdiri dari premis-premis.   Biasanya disebut premis mayor dan premis minor. Mari kita lihat contoh silogisme berikut.
Premis 1: Semua makhluk hidup bernafas.
Premis 2: Bakteri bernafas
Simpulan: Bakteri adalah makhluk hidup.
Dalam penelitian premis-presmis adalah kesimpulan dari kajian pustaka. Jadi kalau kita punya dua variabel maka pada bagian kajian pustaka kita punya dua kajian dan setiap kajian harus diakhiri dengan kesimpulan. Kesimpulan tersebut akan menjadi premis untuk menyusun kerangka berpikir.
Lihat skema berikut:
      
Secara singkat, kerangka berpikir yang baik minimal memuat hal – hal sebagai berikut :
  1. Variabel – variabel yang akan diteliti harus dijelaskan satu persatu sebagai bentuk rangkuman atas kajian teori yang telah dikemukakan sebelumnya,
  2. Uraian dalam kerangka berpikir harus dapat menunjukkan dan menjelaskan keterkaitan antarvariabel yang diteliti, yakni keterkaitan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
  3. Uraian dalam kerangka berpikir harus menunjukkan dan menjelaskan apakah hubungan antarvariabel itu positif atau negatif karena dalam konsep korelasi terdapat hubungan positif dan hubungan negatif. Misalnya jika variabel penelitiannya adalah penggunaan model pembelajaran Jigsaw dan motivasi belajar, maka penulis harus menjelaskan hubungan logis antara kedua variabel tersebut.
  4. Untuk memperjelas kerangka berpikir juga dapat digambarkan dalam bentuk skema atau peta konsep yang menggambarkan hubungan antara kedua variabel.
Mari kita lihat contoh pada kasus PTK Ibu Siti.
Setelah melakukan kajian pustaka secara mendalam maka dirumuskan simpulan sebagai berikut.
Salah satu keterampilan berbahasa adalah menangkap informasi dari teks. Pada peserta didik keterampilan tersebut dapat dikembangkan dengan cara melatih mereka secara inteksif dan berulang-ulang menggunakan metode tertentu.
Struktur teks pada umumnya terdiri dari pernyataan-pernyataan yang merupakan jawaban dari pertanyaan apa, siapa, dimana, kapan, mengapa dan bagaimana yang biasanya diangkat 5W+1H.  Jawaban tersebut bisa diperoleh peserta didik melalui teknik tertentu, diantaranya dengan menggunakan teknik menjawab pertanyaan dengan pola 5W+1H. Berdasarkan alasan tersebut maka meningkatkan keterampilan menangkap isi teks dapat dilakukan dengan melatih para peserta didik secara intensif dan berkelanjutan melalui pola tersebut.
Berdasarkan argumentasi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan keterampilan menangkap isi teks pada peserta didik dapat dilakukan melalui latihan dengan metode menjawab pertanyaan dari teks menggunakan pola 5W+1H. Hubungan antara variabel keterampilan menangkan isi bacaan dengan metode latihan pola 5W+1H dapat digambarkan dengan skema berikut.

Berikut ini contoh lain dari kerangka berpikir.
Motivasi belajar siswa bisa muncul dari dalam diri sendiri dan bisa didorong oleh faktor luar seperti kondisi ruangan belajar, model pembelajaran yang digunakan guru dan materi yang diajarkan. Model pembelajaran sangat banyak jenis dan ragamnya salah satunya adalah  model pembelajaran kooperatif jenis Jigsaw yang didalam prosesnya berusaha mengaktifkan siswa sebagai subyek belajar baik secara  individu maupun kelompok.
Model pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif mendorong siswa dapat berinteraksi dengan siswa lainnya dalam menggali berbagai informasi penting dalam pembelajaran sehingga siswa tidak bosan hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru. Berdasarkan uraian di atas, diduga terdapat peningkatan motivasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw.

Sumber : http://djj.bdkjkt.org/

MKRdezign

{facebook#http://www.facebook.com/c47ur1980} {twitter#http://twitter.com/c47ur1980} {google-plus#http://plus.google.com/u/0/+CaturYogaMeiningdiasoke} {pinterest#http://www.pinterest.com/c47ur1980} {youtube#https://www.youtube.com/channel/UCuK3oOO6zZmaOfbh3kw63pw} {instagram#https://www.instagram.com/caturyogam/}

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Gambar tema oleh enjoynz. Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget