Ketika masalah telah memenuhi lima kriteria maka saatnya menentukan tindakan atau perlakuan. Yang dimaksud dengan tindakan adalah terapi yang akan dilakukan oleh peneliti dalam melakukan PTK. Dalam contoh kedokteran misalnya penderita struk diterapi dengan akupunctur sampai struknya sembuh. Dalam kasus Ibu Siti dengan masalah rendahnya kemampuan menangkap informasi rinci dari teks, tindakan apa yang secara ilmiah dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan tersebut?
Alternatif tindakan akan sangat beragam namun peneliti harus memilih salah satu yang paling tepat. Oleh karena itu tindakan yang dipilih harus memiliki syarat tertentu. Syarat pertama, tindakan harus terkait dengan penyebab masalah. Ini syarat substansial yang harus dipenuhi. Seorang dokter apabila memberikan resep obat maka harus mempertimbangkan apa penyebab dari penyakit yang diderita pasien. Kalau tidak maka dokter akan memberi obat yang salah dan akibatnya bisa fatal. Demikian juga dalam PTK, tindakan yang berfungsi sebagai obat untuk menyelesaikan masalah harus dipilih dengan pertimbangan penyebab dari masalah. Misalnya pada kasus Ibu Siti jika penyebab rendahnya kemampuan yang ditemukan adalah tidak tepatnya metode pembelajaran yang digunakan maka tindakan yang dipilih adalah menerapkan metode tertentu. Akan tidak tepat kalau Ibu Siti memilih tindakan penerapan media pembelajaran.
Kedua, tindakan yang dipilih harus teoretis. Yang dimaksud dengan teoretis adalah berdasarkan kajian teori. Kalaupun tindakan berupa sebuah inovasi yang belum ada dalam referensi maka harus diungkapkan landasan dari inovasi tersebut.
Ketiga tindakan sebaiknya yang belum pernah dilakukan sebelumnya dalam praktek pembelajaran sehari-hari. Mungkin tindakan yang dipilih merupakan sebuah inovasi atau penerapan dari teori yang up todate, misalnya sebuah model pembelajaran yang dikembangkan dari teori Multiple Intellegence yang selama ini belum banyak dilakukan.
Terakhir tentu saja tindakan harus sesuai dengan kemampuan, baik dari segi pendidik, sarana dan biaya. Ketika peneliti memilih tindakan yang inovatif dan bagus namun apa maknanya apabila kompetensi, sarana atau biaya tidak memungkinkan.
Berdasarkan pertimbangan terhadap syarat-syarat di atas maka langkah yang harus dilakukan peneliti dalam menentukan tindakan untuk PTK adalah pertama menelaah sebab-sebab terjadinya masalah, kedua mencari referensi terkait dengan penyebab masalah tersebut. Ketika melakukan telaah sebab akan ditemukan lebih dari satu sebab, peneliti harus menilai mana yang menjadi sebab utama. Demikian juga ketika mengkaji referensi akan ditemukan lebih dari satu tindakan yang mungkin dilakukan dan peneliti harus memilih satu tindakan yang paling tepat dan mungkin dilakukan.
Dalam PTK variabel pertama adalah variabel masalah dan variabel kedua adalah variebel tindakan. Ketika Anda melakukan kegatain pra-PTK Anda harus sudah melakukan kajian terhadap setiap variabel. Melalui kajian tersebut Anda harus menemukan bahwa secara teoretis variebel tindakan memiliki peluang besar untuk mempengaruhi variabel masalah. Kalau Anda tidak menemukan hubungan tersebut maka Anda harus mengganti variabel tindakan.
Conotoh sederhana. Variabel pertama curah hujan di kaliamntan, variabel kedua intensitas banjir di Jakarta. Sekilas ada hubungan karena hujan berkaitan dengan air dan hujan di Jakarta juga berhubungan dengan air. Tapi apakah logis kesimpulan bahawa curah hujan di Kalimantan berhubungan dangan, atau menyebebkan banjir di jakarta? Tentu tidak logis. Itu berarti kerangka berpikir yang digunakan keliru. Artinya penelitian tersebut secara paradigmatik tidak ilmiah dan harus mengganti variabel. Sebaiknya variabel pertama curah hujan di Bogor, varibel kedua intensitas banjir di Jakarta.
Contoh pada kasus Ibu Siti,berdasarkan kaji masalah maka dirumuskan tema dan masalah berikut:
Tema : Kemampuan membaca.
Masalah : Rendahnya kemampuan peserta didik dalam menemukan informasi rinci dari teks.
Tindakan apa yang tepat untuk meningkatkan kemampuan menemukan informasi rinci dari teks? Langkah pertama untuk menjawabnya adalah mengkaji sebab dari masalah tersebut. Dalam kausus ini penyebab masalah sebagai berikut: Pada umumnya teks terdiri dari informasi terkait dengan 5 pertanyaan, yaitu apa, siapa, kapan, dimana, mengapa dan bagaimana. Para peserta didik banyak yang tidak memahami hal itu dan menurut pengalaman Bu Siti, memang para peserta didik tidak dilatih untuk menemukan informasi rinci berdasarkan karakter dan struktur teks tersebut.
Langkah berikutnya adalah mengkaji referensi. Dalam langkah ini peneliti harus membaca referensi terkait dengan tema focus masalah. Fungsi utama dari kaji referensi adalah memahami seluk beluk masalah dan merupakan upaya untuk mencari alternatif tindakan. Yang harus didahulukan adalah memahami lebih dahulu anatomi masalahnya, baru kemudian memilih alternatif tindakan. Urutan tersebut harus dilakukan karena alternatif tindakan akan sulit ditemukan sebelum peneliti memahami benar masalahnya.
Bisa jadi tindakan yang dipilih oleh peneliti adalah sebuah inovasi. Pilihan ini sangat baik dan itu sebenarnya yang diharapkan melalui sebuah PTK, yaitu menemukan teknik pembelajaran baru. Namun demikian tentu tidak ada sebuah inovasi yang tidak didasari oleh teori sebelumnya. Pasti ada referensi terkait dengan inovasi tersebut.
Dalam kasus Bu Siti, setelah menelaah referensi dan diskusi dengan teman sejawat ditemukan sebuah inovasi metode untuk melatih para peserta didik terampil menemukan informasi rinci dari teks.Bu Siti dan kolega menyebutnya metode 5W + 1H. Dalam pelaksanaan PTK Bu Siti akan melatih siswa agar terampil menemukan informasi rinci dengan menerapkan pola pertanyaan what-who-when-where-why dan how. Kepada peserta didik akan disodorkan teks kemudian mereka akan mencari informasi untuk menjawab keenam pertanyaan tersebut. Latihan ini akan dilakukan berkali-kali dalam bentuk bersiklus tindakan sehingga kelihatan peningkatannya.
Pada kasus Bu Siti maka tema, masalah dan tindakan dapat ditulis sebagai berikut:
Tema : Kemampuan membaca.
Masalah : Rendahnya kemampuan peserta didik dalam menemukan informasi rinci dari teks.
Tindakan : Penerapan metode latihan mencari informasi berpola pertanyaan 5W + 1 H
Beberapa contoh tema, masalah dan tindakan dilihat di bawah ini.
Mata Pelajaran IPA
Tema : Kemampuan kerja ilmiah.
Masalah : Rendahnya kemampuan menyusun kesimpulan berdasarkan data hasil pengamatan.
Tindakan : Penerapan model Inquir
Mata Pelajaran Kimia
Tema : Penguasaan konsep kimia
Masalah : Rendahnya hasil belajar pokok bahasan Kimia Lingkungan
Tindakan : Penerapan metode proyek pembuatan film tentang pencemaran lingkungan
Mata Pelajaran Agama
Tema : Hasil Belajar Mata Pelajaran Fiqih
Masalah : Rendahnya hasil mata pelajaran Fiqih
Tindakan : Penerapan sistem modular
Mata Pelajaran Matematika
Tema : Pemahaman konsep volume bangun ruang
Masalah : Sulitnya menerapkan konsep volume bangun ruang dalam kehidupan sehari-hari
Tindakan : Penerapan pendekatan Realistic Matematic
Mata pelajaran Sejarah
Tema : Kemampuan bernalar
Masalah : Rendahnya kemampuan penalaran sejarah
Tindakan : Penerapan pola Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP)
Mata Pelajaran IPS
Tema : Keberanian mengungkapkan pendapat
Masalah : Rendahnya kemampuan mengemukakan pendapat pada mata pelajaran IPS
Tindakan : Penggunaan media komik tanda kata
Bagi pendidik yang mengajar di sekolah/madrasah unggulan mungkin ada yang tidak menemukan masalah pembelajaran. Semuanya sudah establish, fasilitas memadai, peserta didik tidak bermasalah dan kualitas pembelajaran sudah baik. Namun demikian sebanarnya tidak ada alasan tidak melakukan PTK karena PTK bukan hanya bertujuan menyelesaikan kelemahan-kelemahan, melainkan juga meningkatkan mutu. Apabila sebuah pembelajaran sudah baik maka boleh jadi melakukan PTK untuk meningkakannya agar lebih baik misalnya bagaimana meningkatkan hasil belajar melalui penerapan konsep e-learning, bagaimana strategi pembelajaran untuk kelas akselerasi dan sejenisnya.
Sumber : http://djj.bdkjkt.org/
Posting Komentar