Sulit menerima kenyataan bahwa banyak digital aktors yang meragukan kapabilitas haji Rhoma Raja Dangdut Irama. Padahal jika kita jujur, maka Rhomalah yang paling pantas memimpin Indonesia 2015-2020, ini karena beliau sudah teruji sebagai pengelana sejati.
Kebiasaan kita mengasah nasib dengan kandidat2 yang tidak jelas juntrungan karirnya. Ini misalnya betapa mudah kita terpukau dengan SBY yang jelas2 pada 1998 bilang; "Tidak ada itu reformasi-reformasian." tetapi malah dia diangkut klub utan kayu sebagai tokoh demokrasi dan pejabat berbahasa Indonesia terbaik karena tetap kalem. Maka publik terkesima dengan kesantunannya.
Juga betapa jahatnya para professor di IPB yang memberinya gelar S3 bodong-bodongan dengan cukup membuat jurnal kelas ruko di jalan padjajaran Bogor. Maka publik terkesima dengan prestasi intelektualnya. Sekarang tidak satu pun orang yang mau mendukungnya kecuali kalangan keluarga Sarwo Edie, orang muak dengan kebiasaannya yang hobi mengeluh dan menyimpan musuh.
Begitu juga dengan sosok Prabowo, Wiranto, atau Hari Tanur atau siapalah yang menikmati kesenangan lahir bathin di era Soeharto, kini muncul lagi seolah-olah akan menjadi penyelamat nagari. Publik dikipas dengan agenda; enak jaman Soeharto.
Sekarang kita dikipas-kipas dengan agenda Jokowi dan Ahok yang terus terang belum ada policy orisinal dari mereka untuk membenahi ibu kota. Konsep Rusunawi adalah proyek Jusuf Kalla, banjir kanal timur yang bisa menyusutkan banjir di jakarta kurang dari 3 hari adalah proyek mantan gubernur Sutiyoso, dan busway line adalah gagasan wakilnya Foke.
Tapi kita terpukau dengan tanah abang yang jadi bersih dari kaki lima, atau sunter yang jadi publik spasi. Atau kita heran dengan cara ahok yang hobi gertak wartawan serta demo buruh. Cuma kita juga heran kenapa hanya di Indonesia busway mengklaim miliki jalur jalanan sendiri mirip rel kreta api. yang lain tidak berhak masuk!!.
Ini tentu kebijakan yang tidak jelas dasar-dasarnya dan jika diuji material hukumnya maka policy ini boleh batal demi hukum. Atas dasar apa busway yang milik private partnership berhak menguasai jalan yang menjadi hajat hidup orang banyak? Kenapa Jokowi tidak menerapkan saja certificate of ownership, yang membuat mobil pribadi sekelas avanza di singapore bisa seharga 1,5 milyar. Dengan begitu duit tadi dipakai mensubsidi MRT dengan membuat jalan sendiri di dalam tanah atau melayang di atas jalan bukan dengan cara menutup jalur jalan bagi pengemudi lain.
Dengan certificate yang sangat mahal ini Singapore menjalankan prinsip market driven kendaraan pribadi; mau enak yaa bayar mahal, mau murah yaa silahkan pakai fasilitas umum yang murah dan cepat. Sementara mengharapkan pemakai mobil pribadi pindah ke busway yang lelet, jelek, bau, dan susah mau naeknya aja sama saja washing time.
Nah di sini kita melupakan kenyataan bahwa Rhoma Irama telah lebih dari 40 tahun memperjuangkan irama hidup rakyat indonesia, kaum pinggiran, kelas marginal, dari kampung-kampung jalan-jalan sampai kafe-kafe murah hingga mahal.
Adalah Rhoma yang berjuang menolak izin SDSB dengan lirik "Judi", izin impor minuman alkohol dengan lagu protes "Mirasantika". Atau bagaimana Rhoma menolak gagasan ipolesosbudhankamrata bersih diri bersih lingkungan Siskamling yang digagas Murtopo dan Sudomo untuk mengamati gerak-gerik rakyat dengan tembang "Begadang".
Rhoma adalah pelopor protes yang melawan rejim ORba, Rhoma pula yang mempertahankan dangdut dan komunitasnya hidup mengais receh dengan gerobak2 di sepanjang jalan tanpa royalti. Rhoma juga yang sukses mentransformasikan dangdut menjadi musik in house yang easy to listen to di kalangan anak muda Urban.
Rhoma adalah Presiden Kita. Hanya Rhoma yang faham artinya keutuhan NKRI sebagaimana tembang "135 juta rakyat Indonesia" yang kini dipecah2 lewat desenstralisasi oleh para politisi, agen partai, dan oportunis macam SBY dan kroni-kroninya.
JAYALAH BANG HAJI For PRESIDENT Indonesia dan OStralia
Penulis Status Facebook : https://www.facebook.com/andihakim03/
Penulis Status Facebook : https://www.facebook.com/andihakim03/
Posting Komentar