REPUBLIKA.CO.ID, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) tengah menjadi perhatian serius para pakar pendidikan di Indonesia. Pasalnya, anak merupakan generasi yang harus dipersiapkan sedini mungkin untuk menghadapi berbagai persoalan kelak. Pada tahapan perkembangan anak ada masa yang dikenal sebagai masa emas (golden age). Pada masa inilah seorang anak mampu menyerap informasi dengan volume yang tinggi sekalipun.
Pembahasan tentang PAUD dan masalah anak ini menjadi fokus beberapa instansi pendidikan saat ini. Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UMJ dengan menggelar seminar bertema “Pendidikan Holistik dalam Melejitkan Kecerdasan Anak” yang dilangsungkan di Aula Pascasarjana Lt. 3 pada Selasa (13/2) lalu. Acara yang dihadiri sekitar 300 peserta tersebut menghadirkan Dr Gusnawirta T Fasli MPd dan Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta, Prof Dr Hj Masyitoh sebagai narasumber.
Sebagai pembicara pertama Gusnawirta yang merupakan istri mantan Wakil Mendiknas, Fasli Jalal ini membahas peran PAUD dalam pembentukan karakter anak. Gusnawirta memulai paparannya dengan menjelaskan perkembangan manusia dari tahap ke tahap. Setidaknya ada beberapa tahap yang disampaikan yaitu: Lahir, Bayi, Anak-anak, Remaja dan Dewasa. Dari tahapan tersebut, pada tahap anak memiliki peran sentral dalam perkembangan selanjutnya.
Dari tahapan tersebut, ada beberapa tahapan lagi baik psikologis dan sosial. Pada tahapan psikologis, perkembangan anak mengalami 5 perkembangan hirarkis yaitu tahap oral, anal, phalik, laten dan genital. Masing-masing tahapan menyesuaikan dengan usia perkembangan anak. Sedangkan pada perkembangan sosial, interaksi pertama anak adalah dengan orang tua terutama ibu. Di sini, peran kedua orang tua dalam mendampingi setiap perkembangan anak memiliki peran yang sangat urgen.
Dari semua tahapan tersebut ada tiga aspek penting yang selalu menyertai tiap tahap perkembangan. Aspek-aspek tersebut harus mendapat porsi yang sama dan seimbang juga sesuai dengan perkemabangan anak, aspek-aspek itu antara lain: aspek fisik, aspek mental-psikologis dan aspek sosial.
Semua tahapan penting dan aspek yang harus terjaga tersebut akan mengarahkan anak pada suatu dimensi berupa dimensi kecerdasan jamak (multiple intlligences). Kecerdasan jamak ini merupakan kecerdasan semua dimensi yang dibutuhkan manusia mulai dari kecerdasan spiritual, matematis, interpersonal dan sebagainya.
Untuk mencapai itu, menurut Gusnawirta, penyelenggaraan PAUD harus dilaksanakan dengan bermain, sehingga tidak merampas hak anak. Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa permainan anak itulah pendidikan.
Seorang anak bagi Masyitoh merupakan pewaris dan penerus yang menyimpan potensi tak terduga. Mereka memiliki kepekaan yang tinggi dan karenanya kecerdasan mereka siap dilejitkan. Karenanya, pendidikan bagi anak ibarat memoles batu mulia menjadi senilai berlian.
Menurut Masyitoh, pendidikan pada hakikatnya adalah perubahan; dari anak-anak menjadi dewasa, dari ketergantungan menjadi mandiri, dari tidak berakhlak menjadi berakhlak dan seterusnya. Dengan pendidikan inilah kepribadian anak dapat dibentuk dan kecerdasan mereka dapat dilejitkan. (adv)
Posting Komentar