Salam silaturrahim dan Salam Edutech Madrasah Indonesia. kami sampaikan, semoga senantiasa mendapatkan limpahan Rahmat, Hidayah serta Inayah dari Allah SWT sehingga diberikan kemudahan di dalam menjalankan tugas sehari-hari. Aamiin.
Berkaitan berakhirnya kegiatan Edutech Madrasah Indonesia, e-Certificate Pelatihan Jarak Jauh (PJJ) Membuat Aplikasi Absensi GPS yang dilaksanakan secara daring, kami informasikan KODE SERTIFIKAT bagi peserta yang dinyatakan lulus pada Deskripsi Youtube di bawah ini :
Demikian atas perhatian dan kami mengucapkan selamat dan terima kasih.
Salam silaturrahim dan Salam Edutech Madrasah Indonesia. kami sampaikan, semoga senantiasa mendapatkan limpahan Rahmat, Hidayah serta Inayah dari Allah SWT sehingga diberikan kemudahan di dalam menjalankan tugas sehari-hari. Aamiin.
Berkaitan berakhirnya kegiatan Edutech Madrasah Indonesia, Pelatihan Jarak Jauh (PJJ) Pembuatan Video Pembelajaran yang dilaksanakan secara daring, kami informasikan KODE SERTIFIKAT bagi peserta yang dinyatakan lulus, lihat kode pada Deskripsi Youtube dibawah ini:
Demikian atas perhatian dan kami mengucapkan selamat dan terima kasih.
Simak penjelasan tentang Asesmen Nasional sebelum diimplementasikan, agar kita mengetahui secara detail terkait kebijakan tersebut.
Informasi lebih lanjut dapat ditelusuri melalui:
Laman http://litbang.kemdikbud.go.id/
Laman https://pusmenjar.kemdikbud.go.id/akm/
Jakarta, 7 Oktober 2020 --- Peningkatan sistem evaluasi pendidikan adalah bagian dari kebijakan Merdeka Belajar yang juga didukung penuh oleh Presiden Joko Widodo. Tujuan utamanya adalah mendorong perbaikan mutu pembelajaran dan hasil belajar peserta didik. Untuk itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengundang para pemangku kepentingan untuk memberikan masukan terhadap rencana penerapan Asesmen Nasional pada 2021. Asesmen Nasional tidak hanya dirancang sebagai pengganti Ujian Nasional dan Ujian Sekolah Berstandar Nasional, tetapi juga sebagai penanda perubahan paradigma tentang evaluasi pendidikan.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Anwar Makarim mengatakan perubahan mendasar pada Asesmen Nasional adalah tidak lagi mengevaluasi capaian peserta didik secara individu, akan tetapi mengevaluasi dan memetakan sistem pendidikan berupa input, proses, dan hasil.
“Potret layanan dan kinerja setiap sekolah dari hasil Asesmen Nasional ini kemudian menjadi cermin untuk kita bersama-sama melakukan refleksi mempercepat perbaikan mutu pendidikan Indonesia,” ucap Mendikbud saat Webinar Koordinasi Asesmen Nasional di Jakarta yang dihadiri oleh jajaran Dinas Pendidikan dari seluruh Indonesia, dan perwakilan Kementerian Agama, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), serta Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini (BP PAUD) pada Selasa (06/10/2020).
Asesmen Nasional 2021 adalah pemetaan mutu pendidikan pada seluruh sekolah, madrasah, dan program keseteraan jenjang sekolah dasar dan menengah. Asesmen Nasional terdiri dari tiga bagian, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar.
Mendikbud melanjutkan, AKM dirancang untuk mengukur capaian peserta didik dari hasil belajar kognitif yaitu literasi dan numerasi. Kedua aspek kompetensi minimum ini, menjadi syarat bagi peserta didik untuk berkontribusi di dalam masyarakat, terlepas dari bidang kerja dan karier yang ingin mereka tekuni di masa depan.
“Fokus pada kemampuan literasi dan numerasi tidak kemudian mengecilkan arti penting mata pelajaran karena justru membantu murid mempelajari bidang ilmu lain terutama untuk berpikir dan mencerna informasi dalam bentuk tertulis dan dalam bantuk angka atau secara kuantitatif,” jelas Mendikbud.
Bagian kedua dari Asesmen Nasional adalah survei karakter yang dirancang untuk mengukur capaian peserta didik dari hasil belajar sosial-emosional berupa pilar karakter untuk mencetak Profil Pelajar Pancasila. “Beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME serta berakhlak mulia, berkebhinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif,” tutur Mendikbud.
Bagian ketiga dari Asesmen Nasional adalah survei lingkungan belajar untuk mengevaluasi dan memetakan aspek pendukung kualitas pembelajaran di lingkungan sekolah.
Asesmen Nasional pada tahun 2021 dilakukan sebagai pemetaan dasar (baseline) dari kualitas pendidikan yang nyata di lapangan, sehingga tidak ada konsekuensi bagi sekolah dan murid. “Hasil Asesmen Nasional tidak ada konsekuensinya buat sekolah, hanya pemetaan agar tahu kondisi sebenarnya,” kata Mendikbud.
Kemendikbud juga akan membantu sekolah dan dinas pendidikan dengan cara menyediakan laporan hasil asesmen yang menjelaskan profil kekuatan dan area perbaikan tiap sekolah dan daerah.
“Sangat penting dipahami terutama oleh guru, kepala sekolah, murid, dan orang tua bahwa Asesmen Nasional untuk tahun 2021 tidak memerlukan persiapan-persiapan khusus maupun tambahan yang justru akan menjadi beban psikologis tersendiri. Tidak usah cemas, tidak perlu bimbel khusus demi Asesmen Nasional,” kata Mendikbud.
Senada dengan Mendikbud, anggota Badan Standar Nasional Pendididikan (BSNP), periode 2019 – 2023, Doni Koesoema mengatakan Asesmen Nasional ini menjadi salah satu alternatif transformasi pendidikan di tingkat sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, pengajaran, dan lingkungan belajar di satuan pendidikan.
“Melalui asesmen yang lebih berfokus, diharapkan perbaikan kualitas, layanan pendidikan bisa semakin efektif. Dengan demikian Kepala Dinas harus memastikan pelaksanaan Asesmen Nasional di daerah dengan memperhatikan kesiapan sarana prasarana dan keselamatan peserta didik bila pandemi COVID-19 di daerahnya belum teratasi dengan baik” ujar Doni.
Untuk itu, Pemerintah mengajak semua para pemangku kepentingan untuk bersiap dalam mendukung pelaksanaan Asesmen Nasional mulai tahun 2021 sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas pendidikan Indonesia. *
Kami informasikan E-Certificate Pelatihan Jarak Jauh (PJJ) Pengelolaan Virtual Private Server (VPS) Untuk Aplikasi Elearning Madrasah dan Aplikasi Rapor Digital (ARD), yang dapat diunduh di alamat https://anggota.madrasah.id/sertifikat dengan memasukan kode dibawah ini:
Kepada rekan-rekan guru yang sudah mengikuti kegiatan Pelatihan Jarak Jauh (PJJ) Edutech Madrasah Indonesia dengan Materi Microsoft Teams Sebagai Media Kelas Digital yang diselenggarakan pada tanggal 15 sampai 20 Juni 2020, dapat mendownload e-Certificate di bawah ini, sebelumnya kami dari Panitia PJJ mohon maaf sebesar-besarnya atas keterlambatan mengeluarkan e-Certificate dan selamat kepada 248 Peserta PJJ yang telah dinyatakan Lulus dapat download di https://anggota.madrasah.id/index.php/sertifikat
Bismillahirrahmanirrahim, alhamdulillah akhirnya kami TIM Edutech Madrasah telah melaksanakan tugas dengan baik di Kegiatan Workshop Elearning Bagi Guru Madrasah yang dapat dilihat informasinya di: http://edutech.madrasah.id/. Kegiatan dilakukan secara online selama 1 minggu dimulai pada tanggal 28 Maret 2020 sampai dengan tanggal 31 Maret 2020, pserta yang mendaftar berjumlah 4359 guru, yang diterima mengikuti kegiatan berjumlah 2500 guru dan yang lulus setelah mengikuti kegiatan 1019 guru.
Adapun Narasumber sekaligus Koordinator pada kegiatan ini, yaitu:
Angkatan 1: Okdafid
Angkatan 2: Fahrul Tajudin
Angkatan 3: Ace Syarifudin
Angkatan 4: Aef Saefudin
Angkatan 5: Sukanda
Angkatan 6: Syahabudin
Angkatan 7: Fathurrahman
Angkatan 8: Evi Mutawasit
Angkatan 9: Ade Rohman
Angkatan 10: Catur Yoga Meiningdias
berikut kami lampirkan peserta yang dinyakatan lulus oleh Narasumber/Kordinator WAG per Angkatan:
Laporan PISA 2018 ini menyajikan survei internasional yang komprehensif dan ketat tentang pengetahuan, keterampilan, dan kesejahteraan siswa yang mencakup membaca, matematika dan sains, dengan fokus utama pada literasi membaca, ditambah evaluasi kompetensi global siswa - kemampuan mereka untuk memahami dan menghargai perspektif dan pandangan dunia orang lain. Literasi keuangan juga ditawarkan sebagai penilaian opsional. Peringkat dan capaian nilai Programme for International Student Assessment (PISA) Indonesia pada 2018 rata-ratanya adalah 371 untuk Reading, 379 untuk Matematika dan 396 untuk Sains.
Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana cara membaca dan makna dari hasil PISA 2018 tersebut ?
Jika guru ingin melihat apakah siswa yang diajarnya telah memenuhi atau mencapai standar maka guru akan melakukan penilaian harian, ketika sekolah ingin melihat apakah guru dan siswa berada dalam track yang benar dalam proses pembelajaran maka dapat dilihat melalui Penilaian Akhir Semester dan Ujian Sekolah, ketika pemerintah ingin melihat capaian pendidikan diseluruh wilayah negara Indonesia maka pemerintah melakukan pemetaan dengan instrumen yang bernama Ujian Nasional.
PISA pun dapat dianalogikan seperti diatas, yakni untuk mengetahui posisi pendidikan Indonesia dalam pergaulan internasional melaui instrumen PISA yang merupakan program dari OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development’s) dipilih untuk melakukan standarisasi.
Bisakah kita mengabaikan PISA sebagai salah satu Instrumen untuk melihat kondisi pendidikan kita ? Jawabnya tentu boleh-boleh saja, terlebih jika biaya untuk melakukan assesment semacam PISA ini cukup besar namun tidak cukup signifikan berdampak bagi perubahan pendidikan di Indonesia. Mungkin ada baiknya Indonesia melakukan semacam moratorium dengan tidak mengikuti assesment tersebut (PISA) sampai kita yakin dapat secara signifikan memperbaiki dan meningkatkan hasilnya.
Untuk memperbaiki hasil / peringkat PISA maka perbaiki dulu proses pembelajarannya secara masif. Jika guru dalam menguji ketercapaian kompetensi dasar siswa, mengacu kepada KI dan KD, Pemerintah dalam menguji ketercapaian kompetensi siswa secara nasional mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL), maka untuk international tentu ada standar-standar yang harus kita perhatikan dan adaptasikan juga secara serius sebelum kita mengikuti Assesment International, jika tidak maka sama saja kita "berperang" tanpa persiapan yang cukup.
Sebut saja salah satu standard international yakni "ISTE Standard for Students 2016", ada baiknya standard tersebut kita adaptasi dan integrasikan kedalam proses pembelajaran di kelas, barulah kita bertanding kembali dalam PISA assesment. Disisi lain ketika saat ini kita lagi "booming" dengan "STEM" dunia sudah melangkah cukup jauh dengan "STEAM"nya, dan bahkan melompat lebih jauh lagi dengan "Computational Thinking"nya. Ruang-ruang kelas kita harus dibenahi terlebih dulu.
Ada baiknya UN dan AKSI digabungkan sebagai pemetaan mutu pendidikan, hingga ketika hasilnya sudah cukup memuaskan barulah kembali kita mengikuti assesment semacam PISA.