“ Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS.Al-Hujurat(49):13).
Manusia adalah mahluk sosial; yang selalu membutuhkan perhatian, teman dan kasih sayang dari sesamanya. Setiap diri terikat dengan berbagai bentuk ikatan dan hubungan, diantaranya hubungan emosional, sosial, ekonomi dan hubungan kemanusiaan lainnya. Maka demi mencapai kebutuhan tersebut adalah fitrah untuk selalu berusaha berbuat baik terhadap sesamanya. Islam sangat memahami hal tersebut,
oleh sebab itulah silaturahmi harus dilaksanakan dengan baik. Silaturahmi dijalankannya antara lain dengan saling mengunjungi, menjenguk yang sakit, saling membantu, saling menghormati dan tidak berbuat fitnah. Dengan adanya hubungan dan silaturahmi yang baik, maka ia akan mengantarkan manusia kepada kemudahan, ketenangan dan kedamaian di dunia. Allah SWT sangat murka melihat seorang yang tidak mau melaksanakan silaturahmi, apalagi bila orang itu memiliki kekuasaan.
“ Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dila`nati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka”. (QS.Muhammad(47):22-23).
Demikian pula terhadap orang yang sombong. “ Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”.(QS An-Nisaa’(4):36).
Rasulullah bersabda :” Sesungguhnya aku diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak.”; “Seorang mukmin yang paling sempurna adalah yang paling sempurna akhlaknya.” ; “Wahai manusia, sebarkanlah salam, berikanlah makanan, sambungkanlah tali silaturahmi dan dirikanlah shalat pada malam hari ketika manusia tertidur niscaya kamu masuk surga dengan selamat.”( HR Bukhari – Muslim) ;
“ Tidak dikatakan beriman orang yang tetangganya tidak aman dari gangguannya”(HR Bukhori) ; “ Bukanlah orang Mukmin orang yang selalu mencela, mengutuk, berkata keji dan berkata kotor”.(HR Muslim). Rasulullah ditanya; apa yang paling banyak mengantarkan manusia ke surga. Rasulullah menjawab : “Akhlak yang baik.”. Rasulullah ditanya; apa yang paling banyak mengantarkan manusia ke neraka. Rasulullah menjawab:” Mulut dan kemaluan”. (HR Tirmidzi).
Setiap manusia adalah pemimpin, minimal bagi dirinya sendiri. Seorang laki-laki yang telah memutuskan menikah maka ia adalah pemimpin bagi keluarganya. Sebagai kepala keluarga ia wajib menafkahi dan mengayomi anak dan istrinya. Masing-masing anggota keluarga memiliki tugas dan tanggung-jawabnya masing-masing. Seorang istri wajib mendidik dan memberikan kasih-sayang, perhatian dan kelembutannya kepada anak-anaknya, menjaga harta dan kesuciannya serta menghormati suaminya. Sedangkan bagi seorang anak, wajib baginya menghormati dan menyayangi kedua orang-tuanya.
“…… hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “Ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah:“Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (QS.Al-Isra’a(17):23-24).
Melalui perut seorang ibulah manusia dilahirkan. Dari Bahaz bin Hakim dari ayahnya dari neneknya ra, ia berkata, aku bertanya : “ Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbuat baik?”. Beliau bersabda: ”Ibumu”. Aku bertanya lagi: ”Kemudian siapa?. Beliau bersabda: ”Ibumu”. Aku bertanya lagi :”Kemudian siapa?”. Beliau bersabda: ”Ibumu”. Aku bertanya lagi: ”Kemudian siapa?”.Beliau bersabda : “ Ayahmu, kemudian yang lebih dekat”. (HR Abu Dawud dan Tarmidzi).
Sebaliknya Ia menyukai orang yang mau segera bertaubat, menyadari dan memperbaiki kekhilafan seraya meminta sekaligus memafkan kesalahan orang lain.
“ Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.(QS.Ali Imraan(3:133-134).
Berbuat baik kepada sesama manusia memang tidak mudah. Bahkan Allah SWT mengumpamakannya sebagai jalan yang mendaki lagi sukar. Namun itulah jalan bagi orang-orang golongan kanan, yaitu golongan orang-orang yang disayangi-Nya.
“Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat atau orang miskin yang sangat fakir. Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan”.(QS.Al-Balaad(90):12-18).
Rasulullah bersabda :“Barangsiapa yang shalatnya tidak mencegahnya dari perbuatan keji dan mungkar, maka ia tidak akan bertambah dekat kepada Allah bahkan ia akan tambah jauh dari-Nya”.“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar.Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya”.
(Q S.Ath-Talaaq(65):2-3).
Maka untuk itu seharusnya kita berusaha agar akhlak kita sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya, akhlak yang mendekatkan kepada ketakwaan. Yaitu dengan cara sebagai berikut :
1.Mencari ilmu (yang dapat membedakan mana akhlak yang baik dan mana yang buruk). Walaupun sesungguhnya setiap manusia memiliki naluri yang sama untuk menilai suatu perbuatan, apakah itu baik atau buruk. Karena akhlak adalah fitrah.
“ Kebaikan itu adalah akhlak yang baik dan dosa itu adalah yang tidak nyaman dalam dirimu dan engkau tidak suka dilihat oleh orang lain” . (HR Muslim).
2. Mengokohkan nilai-nilai iman. Keinginan berakhlak mulia yang selalu disandarkan karena Allah SWT bukan karena sebab lain.
3. Melatih diri. Yaitu dengan cara memperbanyak ibadah sunnah, seperti shalat sunnah, puasa sunnah dll.
4. Bergaul dengan orang shaleh. Yaitu dengan mencari lingkungan yang baik dan meninggalkan lingkungan yang buruk.
5. Mengambil teladan yang baik.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.(QS.Al-Ahzab(33):21).
6. Membiasakan diri untuk mau menerima nasehat yang baik.
Doa Rasulullah : “Allahummahdinii ihsanil ahklak fainnahu laa yahdiil ahsaniha illa Anta, washrif annii sayyiahaa fainnahu laa yashrifu annii sayyiahaa illa Anta.” (Ya Allah tunjukkanlah aku kepada akhlak yang baik sesungguhnya tiada yang memberi petunjuk kepada akhlak yang baik kecuali Engkau, palingkanlah aku dari akhlak yang buruk sesungguhnya tiada yang memalingkan kecuali Engkau).
Wallahu’alam bishawwab.
Jakarta, 25/7/2007.
Vien AM.
Disarikan diri : Minhajul Qashidin oleh Ibnu Qudamah.