Laporan PISA 2018 ini menyajikan survei internasional yang komprehensif dan ketat tentang pengetahuan, keterampilan, dan kesejahteraan siswa yang mencakup membaca, matematika dan sains, dengan fokus utama pada literasi membaca, ditambah evaluasi kompetensi global siswa - kemampuan mereka untuk memahami dan menghargai perspektif dan pandangan dunia orang lain. Literasi keuangan juga ditawarkan sebagai penilaian opsional. Peringkat dan capaian nilai Programme for International Student Assessment (PISA) Indonesia pada 2018 rata-ratanya adalah 371 untuk Reading, 379 untuk Matematika dan 396 untuk Sains.
Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana cara membaca dan makna dari hasil PISA 2018 tersebut ?Jika guru ingin melihat apakah siswa yang diajarnya telah memenuhi atau mencapai standar maka guru akan melakukan penilaian harian, ketika sekolah ingin melihat apakah guru dan siswa berada dalam track yang benar dalam proses pembelajaran maka dapat dilihat melalui Penilaian Akhir Semester dan Ujian Sekolah, ketika pemerintah ingin melihat capaian pendidikan diseluruh wilayah negara Indonesia maka pemerintah melakukan pemetaan dengan instrumen yang bernama Ujian Nasional.
PISA pun dapat dianalogikan seperti diatas, yakni untuk mengetahui posisi pendidikan Indonesia dalam pergaulan internasional melaui instrumen PISA yang merupakan program dari OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development’s) dipilih untuk melakukan standarisasi.
Bisakah kita mengabaikan PISA sebagai salah satu Instrumen untuk melihat kondisi pendidikan kita ? Jawabnya tentu boleh-boleh saja, terlebih jika biaya untuk melakukan assesment semacam PISA ini cukup besar namun tidak cukup signifikan berdampak bagi perubahan pendidikan di Indonesia. Mungkin ada baiknya Indonesia melakukan semacam moratorium dengan tidak mengikuti assesment tersebut (PISA) sampai kita yakin dapat secara signifikan memperbaiki dan meningkatkan hasilnya.
Untuk memperbaiki hasil / peringkat PISA maka perbaiki dulu proses pembelajarannya secara masif. Jika guru dalam menguji ketercapaian kompetensi dasar siswa, mengacu kepada KI dan KD, Pemerintah dalam menguji ketercapaian kompetensi siswa secara nasional mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL), maka untuk international tentu ada standar-standar yang harus kita perhatikan dan adaptasikan juga secara serius sebelum kita mengikuti Assesment International, jika tidak maka sama saja kita "berperang" tanpa persiapan yang cukup.
Sebut saja salah satu standard international yakni "ISTE Standard for Students 2016", ada baiknya standard tersebut kita adaptasi dan integrasikan kedalam proses pembelajaran di kelas, barulah kita bertanding kembali dalam PISA assesment. Disisi lain ketika saat ini kita lagi "booming" dengan "STEM" dunia sudah melangkah cukup jauh dengan "STEAM"nya, dan bahkan melompat lebih jauh lagi dengan "Computational Thinking"nya. Ruang-ruang kelas kita harus dibenahi terlebih dulu.
Ada baiknya UN dan AKSI digabungkan sebagai pemetaan mutu pendidikan, hingga ketika hasilnya sudah cukup memuaskan barulah kembali kita mengikuti assesment semacam PISA.
Hasil PISA 2018 Volume I - (3 Desember 2019)
Hasil PISA 2018 Volume II - (3 Desember 2019)
Hasil PISA 2018 Volume III - (3 Desember 2019)
Sumber Ketua Umum AGTIFINDO:
Fathur Rachim
Computational Thinker