Penelitian Tindakan Kelas (PTK)-Teknik Penentuan Tema dan Masalah Penelitian
Bu Siti sudah mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia di sebuah MTs selama 11 tahun.Beliau termasuk guru yang disukai karena menurut para siswa Bu Siti mengajarnya menyenangkan. Banyak siswa yang sering berkonsultasi maupun curhat kepada Bu Siti. Ia juga guru yang rajin karena sangat jarang bolos mengajar, dan tidak pernah meninggalkan kelas kalau tidak ada halangan penting. Hanya saja akhir-akhir ini Bu Siti merasa galau. Hasil evaluasi sumatif semester yang lalu di kelas yang ia ajar menunjukkan rendahnya hasil belajar Bahasa Indonesia. Demikian juga pengalaman Ujian Nasional tahun lalu, banyak sekali siswa yang mengulang ujian pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.Nilai hasil UN mata pelajaran Bahasa Asing malah lebih baik dari pada nilai Bahasa Indonesia.Itu phenomena yang kontradiktif karena seharusnya nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia lebih baik.
Karena Bu Siti memiliki keingintahuan yang tinggi.Beliau terus-menerus mencari jawaban, namun tidak dapat menjawabnya dengan hanya mengira-ngira. Oleh karena itu Bu Siti mencari data dimana, dalam hal apa kelemahan para peserta didik. Ia kemudian menganalisis lembar jawaban hasil evaluasi sumatif dan melakukan pencacahan pada nomor soal yang mana saja siswa tidak dapat menjawab. Setelah diolah maka teridentifikasi bahwa kebanyakan siswa salah menjawab soal-soal yang berkaitan dengan teks.Bu Siti merenung mengapa ini terjadi, lalu mengajak beberapa guru untuk berdiskusi.Beberapa teman menyarankan untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas sebagai upaya menemukan jawabannya.Dalam benak Bu Siti sebenarnya sudah terpikir sebelumnya untuk melakukan PTK.Ketika teman-teman mengusulkannya maka Bu Siti bertekad untuk melakukan PTK.
Bu Siti kemudian mengajak teman sejawat untuk mengadakan pertemuan lanjutan. Dalam pertemuan tersebut disepakati 4 orang kolaborator lalu sepakat untuk menyusun proposal dengan tema, masalah dan tindakan sebagai berikut:
Tema : kemampuan menemukan informasi rinci dari teks
Masalah: Rendahnya kemampuan peserta didik dalam menemukan informasi rinci dari teks.
Tindakan : yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah ini kemungkinan besar terkait dengan metodologi pembelajaran misalnya penerapan pembiasaan menangkap informasi dengan pertanyaan 5W + 1H. Dalam pelaksanaan PTK guru peneliti akan melatih siswa untuk menerapkan pola bertanya dengan pertanyaan what-who-when-where-why dan how.
Ada beberapa hal terkait dengan kasus Bu Siti.Pertama masalah muncul dari kelas.Masalah rendahnya kemampuan menangkap informasi rinci dari teks adalah masalah ril hasil belajar.Kedua masalah lahir bukan dari angan-angan atau hanya keinginan semata melainkan berdasarkan data otentik yang dapat dipercaya, yaitu data hasil analisis terhadap hasil evaluasi sumatif.Ketiga kemampuan menangkap informasi rinci secara teoretis dapat ditingkatkan melalui tindakan metodologis tertentu.Keempat masalah tersebut sangat penting diselesaikan karena kemampuan menemukan informasi rinci merupakan kompetensi utama dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.Salah satu kompetensi utama yang harus dikuasai di era global adalah mencari, menangkap, memilah dan menggunakan informasi dari berbagai sumber.Selain itu, tak kalah pentingnya meningkatkan nilai hasil Ujian Nasional.
Jadi berdasarkan kasus Bu Siti, tema dan masalah yang layak diangkat untuk PTK setidaknya memiliki kriteria:
- Masalah berasal dari kelas,
- Dilandasi dengan data otentik
- Tidak terlalu luas dan terlalu sempit
- Ada kemungkinan untuk diselesaikan melalui tindakan di kelas.
- Penting (urgen) untuk segera diselesaikan.
Pertama masalah harus berasal dari kelas.Sering ada kasus di daerah, bahkan juga di perkotaan.Pendidik sering berasumsi bahwa rendahnya hasil belajar banyak disebabkan oleh faktor siswa seperti latar belakang orang tua, tingkat ekonomi, jarak dari rumah ke sekolah/madrasah dan sejenisnya.Masalah itu nyata di wilayah geografis dan demografis Indonesia dan juga berlandaskan kepada data otentik.Hanya saja masalah seperti ini tidak dapat diangkat menjadi masalah PTK. Alasannya karena masalah tersebut tidak terkait langsung dengan pembelajaran di kelas dan diluar wilayah pendidik untuk menyelesaikannya. Misalnya, kalau berasumsi rendahnya hasil belajar disebabkan oleh latar belakang pendidikan orang tua, apakah pendidik akan melakukan tindakan dengan cara menyekolahkan orang tua untuk meningkatkan hasil belajar anak mereka? Tentu itu diluar jangkauan pendidik.Jadi masalah untuk PTK jangan terlalu umum, melainkan harus spesifik terkait dengan masalah pembelajaran.
Kedua harus dilandasi dengan data otentik.Masalah yang akan diteliti harus benar-benar terjadi dalam kelas yang akan menjadi lokus PTK. Itu hanya akan diperoleh ketika guru peneliti melakukan penelitian pra-PTK yang sering disebut reconnaissance. Pada kasus Bu Siti, beliau melakukan analisis terhadap hasil evaluasi sumatif, mengolahnya dan menarik sebuah simpulan.Data-data itulah yang dimaksud dengan data otentik. Dengan cara seperti itu maka penelitian akan mengarah ke penyelesaian masalah utama. Jangan sampai penelitian dilakukan untuk menjawab masalah yang salah.Seperti seorang dokter mau memberi obat kepada seorang pasien maka dokter melakukan diagnosis terlebih dahulu.Melalui diagnosis dokter mendapatkan data otentik mengenai penyakit yang diderita pasien.Berdasarkan data hasil diagnosis itu maka dokter berani menuliskan resep obat untuk menyembuhkannya.
Ketiga tidak terlalu sempit.Sering ditemukan masalah yang terlalu sempit.Misalnya guru mata pelajaran Agama menemukan kesulitan pada siswa kelas tertentu dalam praktek gerakan shalat wajib.Masalah tersebut bagus dan penting, namun karena PTK harus dilakukan minimal dua siklus dan setiap siklus minimal 2 pertemuan maka materi praktek gerakan shalat wajib terlalu panjang apabila diselenggarakan 4 pertemuan. Ketika masalah itu akan diangkat dalam PTK maka harus digabung dengan materi sejenis dari kompetensi dasar lain yang ada dalam smester yang sama. Misalnya digabung dengan praktek shalat sunnah yang berada di Kompetensi Dasar lain. Apabila demikian maka masalah yang diangkat bukan kesulitan siswa memperagakan gerakan shalat wajib, melainkan kesulitan siswa memperagakan gerakan shalat. Konsekuensinya apabila antara KD shalat wajib dengan KD shalat sunnah tidak berurutan maka pertemuan dan siklus PTK yang akan dilaksanakan tidak akan sambung menyambung melainkan akan loncat-loncat. Hal itu tidak menjadi masalah dalam pelaksanaan PTK. Atau KD shalat sunnah ditarik agar berdampingan dengan KD shalat wajib. Dalam aturan pembelajaran teknik tersebut juga diperbolehkan.
Keempat ada kemungkinan untuk diselesaikan melalui tindakan di kelas.Seringkali masalah pembelajaran terletak pada prasarana pendidikan. Misalnya kelasnya di pinggir jalan sehingga bising dan sangat mengganggu proses pembalajaran. Ini masalah ril kelas namun tidak dapat diangkat menjadi masalah untuk PTK karena solusinya tidak berbentuk tindakan guru di kelas melainkan masalah yang harus diselesaikan oleh tingkat sekolah, misalnya membangun benteng yang tinggi sehingga dapat memantulkan suara bising kendaraan.
Kelima masalah yang diangkat untuk PTK harus penting (urgen) untuk segera diselesaikan.Kalau menemukan beberapa masalah pembelajaran dalam sebuahkelas maka yangharus diselesaikan lebih dahulu adalah yang lebih mendesak. Pada kasus Bu Siti apabila ada masalah lain yang lebih utama misalnya ternyata banyak siswa yang kecepatan membaca masih rendah maka harus diutamakan adalah penyelesain masalah kecepatan membaca terlebih dahulu.
Kebanyakan masalah PTK berputar sekitar metodologi pembelajaran.Sebenarnya komponen pembelajaran sangat banyak dan masalah pembelajaran menyebar pada komponsn-komponen tersebut. Komponen yang lain seperti penerapan media dan sumber belajar, teknik evaluasi pembelajaran, sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, motivasi belajar, gaya belajar dan sikap guru.
Salah satu contoh masalah yang terkait dengan kompetensi guru misalnya kasus peserta didik tidak menyukai mata pelajaran yang disebabkan oleh sikap dan perilaku guru yang tidak ramah. Misalnya sikap kasar, galak, judes, kurang senyum, atau sejenisnya. Masalah tersebut dapat diangkat untuk PTK. Melalui PTK guru belajar memperbaiki sikap secara bersiklus sehingga berdampak terhadap meningkatnya rasa senang para siswa terhadap meta pelajaran yang diajarkannyanya. Guru tersebut tema dan masalah sebagai berikut:
Tema : Minat siswa terhadap mata pelajaran X.
Masalah : Rendahnya minat siswa terhadap mata pelajaran X karena perilaku guru yang kurang ramah.
Tindakan yang dilakukan dalam PTK ini adalah guru peneliti melakukan pembiasaan berperilaku ramah secara bertahap sampai minimal dua siklus PTK.Perilaku ramah sebagai tindakan dirumuskan secara operasional misalnya memberikan lebih banyak senyuman, memberikan kata sanjungan, sabar menghadapi masalah, tidak mengucapkan kata kasar, tidak marah dan sejenisnya.
Penelitian Tindakan Kelas dengan tema seperti ini patut diacungi jempol.Tidak banyak pendidik yang melakukan refleksi dan mau menyadari bahwa kelemahan dalam pembelajaran terletak dalam dirinya. Apalagi memiliki kehendak untuk memperbaikinya melalui penelitian yang melibatkan orang lain seperti PTK. Mungkin saja masalah ini sesungguhnya sangat banyak. Apabila banyak pendidik yang mau melakukan PTK untuk menyelesaikan masalah ini maka akan berdampak terhadap peningkatan mutu pembelajaran.
Bagi pendidik yang mengajar di sekolah/madrasah unggulan mungkin ada yang tidak menemukan masalah pembelajaran. Semuanya sudahestablish, fasilitas memadai, peserta didik tidak bermasalah dan kualitas pembelajaran sudah baik. Namun demikian sebanarnya tidak ada alasan tidak melakukan PTK karena PTK bukan hanya bertujuan menyelesaikan kelemahan-kelemahan, melainkan juga meningkatkan mutu. Apabila sebuah pembelajaran sudah baik maka boleh jadi melakukan PTK untuk meningkatkannya agar lebih baik misalnya bagaimana meningkatkan hasil belajar melalui penerapan konsep e-learning, bagaimana strategi pembelajaran untuk kelas akselerasi dan sejenisnya.
Jangan heran kalau banyak yang merasa kesulitan dalam menentukan masalah untuk PTK. Kesulitan ini memang dialami oleh banyak pendidik. Yang menjadi sebab adalah rendahnya tradisi meneliti di sekolah/madrasah.Rendahnya tradisi ini tentu bukan semata salah pendidk tetapi sistem yang kurang mendukung.Namun demikian guru harus mulai meningkatkan motivasi untuk melakukan peneltian. Seorang guru yang professional hanya akan mengikat kemampuannya dengan cara terus menerus belajar meningkatkan kualitas. Salah satunya adalah dengan melakukan penelitian. Melalui peneltian pendidik akan memahami pembelajaran lebih detil dan menemukan banyak teknik menyelesaikan masalah yang timbul. Meneliti akan dapat mengentarkan para pendidik ke tingkatan guru ahli. Itu sebabnya karya ilmiah menjadi salah satu syarat untuk memperoleh skor dalam kenaikan pangkat.
Cara untuk menemukan masalah penelitian adalah dengan cara terus menerus mengamati dan mengevaluasi proses dan hasil belajar. Hasil evaluasi akan memberikan data otentik mengenai hasil pembelajaran dan pengamatan akan memberi data otentik mengenai proses pembelajaran. Sesekali kita harus melakukan observasi dengan menyebarkan angket kepada para siswa untuk mengetahui persepsi mereka tentang sikap dan peri laku, gaya mengajar atau metode yang sering digunakan. Apakah mereka senang dengan penampilan kita. Ada kalanya seorang pendidik harus mengundang kawan untuk mengamati proses pembelajaran dan meminta pendapat tentang kelebihan dan kekurangannya. Dengan cara itu pendidik akan dapat mengidentifikasi masalah-masalah yang sebenarnya terjadi.
Sebenarnya tidak ada seorangpun yang menjalankan sebuah profesi tidak memiliki masalah dalam pekerjaannya. Malah kalau ada seorang pelaku profesi mengatakan tidak mengalami masalah maka ada kemungkinan ia tidak paham detil pekerjaannya dan itulah masalah utamanya.
Ilustrasi
Pengawas : Apa masalah yang akan diangkat dalam penelitian anda?
Guru : Saya tidak punya masalah, makanya saya tidak akan melakukan
penelitian.
Pengawas: Masalah utama yang harus anda teliti adalah mengapa anda tidak merasa punya masalah.
Guru : Lha?
Komponen pembelajaran sebenarnya sangat banyak.Dilihat dari segi barangnya terdiri dari kurikulum, pandidk, tenaga kependidikan, siswa, manajemen, prasarana, sarana danmedia pembelajaran.Untuk membantu menemukan masalah berikut ini disediakan tabel sumber masalah PTK.Ketika menentukan masalah maka lihat di muara yaitu pada siswa baik yang berupa perilaku maupun hasil belajar.
KOMPONEN | MASALAH | TINDAKAN |
Guru | Penguasaan substansi materi | |
Penguasaan metodologi | ||
Perilaku | ||
Siswa | Motivasi belajar | |
Minat belajar | ||
Kedisiplinan belajar | ||
Gaya belajar | ||
Sumber belajar | Penggunaan alam sekitar sebagai sumber belajar | |
Penggunaan modul | ||
Penggunaan internet | ||
Media belajar | Penggunaan media audio visual |
Diantara isi-isu aktual terkait dengan pembelajaran yang bias diangkat untuk PTK adalah:
- Pendidikan karkter
- Penerapan multiple intelligent
- Penerapan IT dalam pembelajaran
- Distance education
- E-learning
- Hasil belajar
- Sikap belajar
- Motivasi
- Penggunaan media dan sumber belajar
- Aturan kelas
- Lingkungan belajar
- Kompetensi guru
Sumber : http://djj.bdkjkt.org/