Penelitian Tindakan Kelas (PTK)-Sumber Masalah PTK
Menentukan masalah untuk PTK sebenarnya tidak sulit karena masalah yang harus diangkat terkait dengan hal-hal praktek sederhana yang akrab dialami setiap hari dalam pembelajaran. Seyogyanya apabila seorang pendidik paham dan peduli terhadap pembelajaran maka tidak akan sulit menemukan masalah untuk PTK. Selain itu sebenarnya masalah PTK berpangkal hanya pada dua hal saja, yaitu proses pembelajaran dan hasil belajar. Jadi ketika mencari masalah untuk diangkat dalam PTK maka dua pertanyaan besar yang harus diajukan yaitu pertama: Apakah proses pembelajaran sudah baik?; dan kedua : Apakah hasil belajar sudah baik? Apabila jawabannya tidak atau belum maka disana terdapat masalah.
Namun demikian, dua pangkal masalah tersebut terlalu besar untuk dijadikan sumber masalah PTK. Oleh karena itu kedua pangkal masalah tersebut harus diurai ke dalam sumber-sumber masalah yang spesifik. Salah satu pendekatan untuk mengurai pangkal masalah tersebut adalah dengan melakukan empat kegiatan yaitu mengevaluasi, mengamati, merasakan dan meninjau atau mengkaji proses dan hasil belajar. Pendekatan ini dapat digambarkan dalam peta konsep berikut:
Peta konsep di atas menggambarkan bahwa sumber masalah untuk PTK ternyata sangat banyak. Pertama masalah dapat diperoleh dengan cara melakukan evaluasi. Mengevaluasi berarti membandingkan hasil belajar dengan tujuan pembelajaran. Secara garis besar mengevaluasi hasil belajar dapat dilakukan dalam bentuk formatif, sumatif dan ujian akhir satuan pendidikan dalam bentuk UN dan UAS/M BAN. Melalui evaluasi formatif dapat diperoleh data apakah KKM KD tercapai, melalui evaluasi sumatif dapat diperoleh informasi apakah KKM SK tercapai, dan melalui UN dan UAS/M BAN akan diperoleh informa siapakah SKL tercapai. Apabila ketiga criteria ketuntasan tersebut belum tercapai maka disana ada masalah.
Kedua masalah PTK dapat diketahui melalui pengamatan terhadap proses. Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai karakter dan perilaku siswa seperti motivasi, minat, kedisiplinan, gaya belajar, tingkat ketertarikan terhadap mata pelajaran, kesulitan belajar dan sejenisnya. Untuk mendeteksi masalah para pendidik juga harus melakukan observasi untuk mengetahui apakah para peserta didik senang dengan penampilan pribadi pendidik. Ada kalanya seorang pendidik harus mengundang kawan untuk mengamati proses pembelajaran dan meminta pendapat tentang kelebihan dan kekurangannya. Dengan cara itu pendidikakan dapat mengidentifikasi masalah-masalah yang sebenarnya terjadi. Apabila hasil pengamatan diperoleh informasi bahwa kurang bergairah belajar, mengalami kesulitan belajar, malas, kurang disiplin dan sejenisnya maka dapat dinyatakan bahwa terdapat masalah dalam pembelajaran.
Ketiga masalah PTK dapat diperoleh melalui kegiatan merasakan. Dalam pembelajaran sumber masalah tidak hanya muncul dari hasil pengamatan terhadap siswa dan lingkungan pembelajaran melainkan juga dapat timbul dari aspek psikologis pendidik, misalnya rasa senang, rasa aman dan rasa nyaman yang dialami pendidik. Aspek ini tentu tidak dapat diabaikan karena merupakan salah satu factor penentu keberhasilan pembelajaran. Untuk mengetahuinya adalah dengan cara merasakannya. Ketika melakukan pembelajaran maka rasakan apakah pendidik merasa bergairah, dapat menikmati, aman dan nyaman? Kalau tidak, pasti ada masalah.
Keempat, mendeteksi masalah untuk PTK dapat dilakukan dengan cara meninjau proses dan hasil pembelajaran dari berbagai segi misalnya dari segi teori, dari segi kriteria, dari segi standar. Meninjau pembelajaran dari segi teori bias dilakukan dengan cara membaca referensi atau diskusi lalu bandingkan dengan praktek pembelajaran sehari-hari apakah sudah sesuai dengan teori. Misalnya dalam pembelajaran Fisika, berdasarkan teori model pembelajaran utama yang harus digunakan adalah model pembelajaran inquiri kemudian bandingkan dengan pembelajaran sehari-hari apakah sudah menerapkan model inquiri sebagai model utama?
Pembelajaran dapat juga ditinjau dari segi SKL yang terdiri dari SKL satuan pendidikan, SKL kelompok mata pelajaran dan SKL mata pelajaran. SKL selain dari gambaran mengenai kompetensi yang harus dikuasai peserta didik juga menggambarkan aspek yang harus dikuasai. Dalam SKL Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI misalnya ada pernyataan bahwa peserta didik harus menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif, dengan bimbingan guru/pendidik. Pertanyaan yang harus diajukan: Apakah pembelajaran sudah mencakup aspek tersebut? Kalau belum maka pembelajaran bermasalah dan harus diperbaiki. Contoh lain, misalnya dalam SKL mata pelajaran bahasa, terdapat empat aspek yang harus dikuasai, yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Setelah mengkaji maksud dari aspek yang ada dalam SKL, lalu bandingkan apakah pembelajaran sudah mencakup keempat aspek tersebut secara proporsional.
Pembelajaran juga dapat ditinjau dari segi tujuan mata pelajaran. Dalam lampiran Standar Isi setiap mata pelajaran terdapat tujuan mata pelajaran yang berisi aspek-aspek yang harus menjadi target dari pembelajaran. Contohnya dalam Standar Isi mata pelajaran Geografi SMA tercantum tujuan mata pelajaran seperti berikut:
- Memahami pola spesial, lingkungan dan kewilayahan serta proses yang berkaitan
- Menguasai keterampilan dasar dalam memperoleh data dan informasi, mengkomunikasikan dan menerapkan pengetahuan geografi
- Menampilkan perilaku peduli terhadap lingkungan hidup dan memanfaatkan sumber daya alam secara arif serta memiliki toleransi terhadap keragaman budaya masyarakat.
Pertanyaannya: Apakah pembelajaran geografi yang diselenggarakan oleh seorang guru sudah mencakup aspek-aspek tersebut? Kalau belum berarti masih ada yang kurang dalam pembelajaran dan kekurangan tersebut dapat menjadi sumber masalah untuk PTK.
Dengan demikian sumber masalah untuk PTK sangat banyak. Yang harus dilakukan oleh para pendidik untuk mengeksplorasi masalah PTK adalah dengan cara terus menerus mengevaluasi, mengamati, merasakan dan mengkaji atau meninjau pembelajaran.
Sumber : http://djj.bdkjkt.org/