Latest Post

Menentukan masalah untuk PTK sebenarnya tidak sulit karena masalah yang harus diangkat terkait dengan hal-hal praktek sederhana yang akrab dialami setiap hari dalam pembelajaran. Seyogyanya apabila seorang pendidik paham dan peduli terhadap pembelajaran maka tidak akan sulit menemukan masalah untuk PTK.  Selain itu sebenarnya masalah PTK berpangkal hanya pada dua hal saja, yaitu proses pembelajaran dan hasil belajar. Jadi ketika mencari masalah untuk diangkat dalam PTK maka dua pertanyaan besar yang harus diajukan yaitu pertamaApakah proses pembelajaran sudah baik?; dan kedua : Apakah hasil belajar sudah baik? Apabila jawabannya tidak atau belum maka disana terdapat masalah.

Namun demikian, dua pangkal masalah tersebut terlalu besar untuk dijadikan sumber masalah PTK. Oleh karena itu kedua pangkal masalah tersebut harus diurai ke dalam sumber-sumber masalah yang spesifik. Salah satu pendekatan untuk mengurai pangkal masalah tersebut adalah dengan melakukan empat kegiatan yaitu mengevaluasimengamati, merasakan dan meninjau atau mengkaji proses dan hasil belajar. Pendekatan ini dapat digambarkan dalam peta konsep berikut:
Peta konsep di atas menggambarkan bahwa sumber masalah untuk PTK ternyata sangat banyak. Pertama masalah dapat diperoleh dengan cara melakukan evaluasi. Mengevaluasi berarti membandingkan hasil belajar dengan tujuan pembelajaran. Secara garis besar mengevaluasi hasil belajar dapat dilakukan dalam bentuk formatif, sumatif dan ujian akhir satuan pendidikan dalam bentuk UN dan UAS/M BAN. Melalui evaluasi formatif dapat diperoleh data apakah KKM KD tercapai,  melalui evaluasi sumatif dapat diperoleh informasi apakah KKM SK tercapai, dan melalui UN dan UAS/M BAN akan diperoleh informa siapakah SKL tercapai. Apabila ketiga criteria ketuntasan tersebut belum tercapai maka disana ada masalah.
Kedua masalah PTK dapat diketahui melalui pengamatan terhadap proses. Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai karakter dan perilaku siswa seperti motivasi, minat, kedisiplinan, gaya belajar, tingkat ketertarikan terhadap mata pelajaran, kesulitan belajar dan sejenisnya.  Untuk mendeteksi masalah para pendidik juga harus melakukan observasi untuk mengetahui apakah para peserta didik senang dengan penampilan pribadi pendidik. Ada kalanya seorang pendidik harus mengundang kawan untuk mengamati proses pembelajaran dan meminta pendapat tentang kelebihan dan kekurangannya. Dengan cara itu pendidikakan dapat mengidentifikasi masalah-masalah yang sebenarnya terjadi. Apabila hasil pengamatan diperoleh informasi bahwa kurang bergairah belajar, mengalami kesulitan belajar, malas, kurang disiplin dan sejenisnya maka dapat dinyatakan bahwa terdapat masalah dalam pembelajaran.
Ketiga masalah PTK dapat diperoleh melalui kegiatan merasakan. Dalam pembelajaran sumber masalah tidak hanya muncul dari hasil pengamatan terhadap siswa dan lingkungan pembelajaran melainkan juga dapat timbul dari aspek psikologis pendidik, misalnya rasa senang, rasa aman dan rasa nyaman yang dialami pendidik. Aspek ini tentu tidak dapat diabaikan karena merupakan salah satu factor penentu keberhasilan pembelajaran. Untuk mengetahuinya adalah dengan cara merasakannya. Ketika melakukan pembelajaran maka rasakan apakah pendidik merasa bergairah, dapat menikmati, aman dan nyaman? Kalau tidak, pasti ada masalah.
Keempat, mendeteksi masalah untuk PTK dapat dilakukan dengan cara meninjau proses dan hasil pembelajaran dari berbagai segi misalnya dari segi teori, dari segi kriteria, dari segi standar. Meninjau pembelajaran dari segi teori bias dilakukan dengan cara membaca referensi atau diskusi lalu bandingkan dengan praktek pembelajaran sehari-hari apakah sudah sesuai dengan teori.  Misalnya dalam pembelajaran Fisika, berdasarkan teori model pembelajaran utama yang harus digunakan adalah model pembelajaran inquiri kemudian bandingkan dengan pembelajaran sehari-hari apakah sudah menerapkan model inquiri sebagai model utama?
Pembelajaran dapat juga ditinjau dari segi SKL yang terdiri dari SKL satuan pendidikan, SKL kelompok mata pelajaran dan SKL mata pelajaran. SKL selain dari gambaran mengenai kompetensi yang harus dikuasai peserta didik juga menggambarkan aspek yang harus dikuasai. Dalam SKL Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI misalnya ada pernyataan bahwa peserta didik harus menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif, dengan bimbingan guru/pendidik. Pertanyaan yang harus diajukan: Apakah pembelajaran sudah mencakup aspek tersebut? Kalau belum maka pembelajaran bermasalah dan harus diperbaiki. Contoh lain, misalnya dalam SKL mata pelajaran bahasa, terdapat empat aspek yang harus dikuasai, yaitu mendengar,  berbicara, membaca, dan menulis. Setelah mengkaji maksud dari aspek yang ada dalam SKL, lalu bandingkan apakah pembelajaran sudah mencakup keempat aspek tersebut secara proporsional.
Pembelajaran juga dapat ditinjau dari segi tujuan mata pelajaran. Dalam lampiran Standar Isi setiap mata pelajaran terdapat tujuan mata pelajaran yang berisi aspek-aspek yang harus menjadi target dari pembelajaran. Contohnya dalam Standar Isi mata pelajaran Geografi SMA tercantum tujuan mata pelajaran seperti berikut:
  1. Memahami pola spesial, lingkungan dan kewilayahan serta proses yang berkaitan
  2. Menguasai keterampilan dasar dalam memperoleh data dan informasi, mengkomunikasikan dan menerapkan pengetahuan geografi
  3. Menampilkan perilaku peduli terhadap lingkungan hidup dan memanfaatkan sumber daya alam secara arif serta memiliki toleransi terhadap keragaman budaya masyarakat.
Pertanyaannya: Apakah pembelajaran geografi yang diselenggarakan oleh seorang guru sudah mencakup aspek-aspek tersebut? Kalau belum berarti masih ada yang kurang dalam pembelajaran dan kekurangan tersebut dapat menjadi sumber masalah untuk PTK.
Dengan demikian sumber masalah untuk PTK sangat banyak. Yang harus dilakukan oleh para pendidik untuk mengeksplorasi masalah PTK adalah dengan cara terus menerus mengevaluasi, mengamati, merasakan dan mengkaji atau meninjau pembelajaran.

Sumber : http://djj.bdkjkt.org/

Metodologi penelitian tidak identik dengan metode penelitian karena metodologi adalah seperangkat aspek yang terkait dengan pelaksanaan penelitian seperti metode, instrumen, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Dalam metodologi penelitian tindakan kelas memuat hal-hal sebagai berikut :
Setting penelitian
Setting penelitian menguraikan tentang tempat dan waktu dilaksanakannya penelitian hingga detil dalam bentuk tabel rencana waktu dari awal sampai akhir penelitian. Pada poin ini juga perlu diuraikan subyek penelitian yaitu uraian tentang kelas berapa dan berapa siswa tempat dilakukannya penelitian tindakan.
Contoh :
Penelitian ini akan dilaksanakan di MTsN 17 Jakarta dengan uraian waktu kegiatan sebagai berikut:

No
Kegiatan
September 2013
Oktober 2013
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Persiapan proposal








2
Persiapan penelitian








3
Pelaksanaan siklus pertama








4
Dst….








Prosedur penelitian
Prosedur penelitian menjelaskan siklus yang direncanakan dalam penelitian termasuk materi yang diajarkan pada setiap siklusnya.
Contoh :
Pada penelitian ini direncanakan dua siklus dan setiap siklusnya dua kali tatap muka sehingga total pertemuannya empat kali tatap muka. Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:
Siklus 1
Siklus pertama ini dimulai tanggal 10 sampai 25 September 2013, dengan tahapan kegiatan :
  1. Planning:Uraikan rencana yang dibuat
  2. Acting: Uraikan rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan
  3. Observing:Uraikan pelaksanaan observasi yang akan dilakukan
  4. Reflecting:Uraikan rencana refleksi siklus pertama
Siklus 2
Siklus kedua ini dimulai tanggal 27 September sampai 12 Oktober 2013, dengan tahapan kegiatan :
  1. Planning:Uraikan rencana yang dibuat setelah diperbaiki dari hasil refleksi siklus pertama.
  2.  Acting: Uraikan rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan.
  3. Observing: Uraikan pelaksanaan observasi yang akan dilakukan
  4. Reflecting : Uraikan rencana refleksi siklus kedua
Sumber : http://djj.bdkjkt.org/

Pelengkap proposal terdiri dari dua bagian, yaitu bagian depan dan bagian belakang. Sebagai sebuah dokumen pelengkap ini sangat penting karena kalau tidak ada maka orang lain yang membacanya akan melihat dengan sebelah mata. Bagian pelengkap terutama bagian depan yang kadang dilihat  lebih dahulu, dan kalau tampilannya kurang menarik maka orang tidak berminat membacanya.
Mari kita lihat dafta pelengkap proposal berikut ini.
Bagian depan
  1. Halaman depan (cover)
  2. Kata pengantar
  3. Daftar isi
  4. Daftar tabel
  5. Daftar gambar
Bagian belakang
  1. Biodata peneliti
  2. Biodata kolaborator
  3. Rencana Pelaksanaaan Pembelajaran
  4. Media pembelajaran
  5. Instrumen pengumpul data
Beberapa hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Pertama, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan digunakan dalam siklus pertama harus dilampirkan. Artinya rancangan pembelajaran dengan penerapan tindakan yang telah ditetapkan unutk siklus pertama harus sudah terlampir dalam proposal. RPP ini harus menjadi fokus perhatian karena ujung tombak dari PTK adalah proses pembelajaran. Ketika rancangan pembelajaran kurang baik maka keberhasila tindakan akan bias.
Penysunan RPP harus sesuai dengan standar. Pada KTSP lihat aturan penyusunan RPP pada Stadar Proses (Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007). Pada Kurikulum 2013 lihat pada Panduan Umum Pembelajaran (Lampiran Permendikbid No. 81A Tahun 2013). Susunlah RPP yang inovatif dan di bagian kegiatan belajar sesuaikan dengan skenario penerapan tindakan yang telah diuraikan dalam kajian pustaka. Untuk menjamin bahwa RPP yang kita susun sesuai dengan teori mengenai tindakan maka sebaiknya diskusikan secara mendalam dengan para kolaborator.
Rancangan media pembelajaran juga harus sudah dilampirkan dalam proposal. Kalau medianya bersifat benda maka lampirkan rancangannya dalam bentuk skema, gambar atau foto. Kalau dalam bentuk lembaran seperti LKS dan sejenisnya maka dapat dilampirkan aslinya.
Instrumen pengumpul data seperti pertanyaan pengarah untuk pengamatan, tabel pengamatan, angket, soal dan rubrik penilaian juga harus dilampirkan setidaknya unutk kebutuhan siklus pertama.

Sumber : http://djj.bdkjkt.org/

Tujuan penelitian adalah pernyataan mengenai target yang ingin diraih melalui penelitian. Tentu saja tujuan penelitian terkati dengan rumusan masalah.  Malah dapat dikatakan bahwa tujuan penelitian merupakan pernyataan positif dari rumusan masalah.
Seecara sederhana, tujuan penelitian dirumuskan dengan cara membuang kata tanya dan tanda Tanya yang ada dalam rumusan masalah. Perhatikan contoh tujuan penelitian di bawah ini dan bandingkan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas.
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN PENELITIAN
Bagaimana peningkatan keterampilan mengnagkap isi teks melalui penerapan latihan menjawab pertanyaan melalui pola 5W+1H di kelas IX C MTs Al-Ishlah Batugede Jakarta Utara?
Untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan mengnagkap isi teks melalui penerapan latihan menjawab pertanyaan melalui pola 5W+1H di kelas IX C MTs Al-Ishlah Batugede Jakarta Utara?
Bagimana suasana belajar pada latihan menangkap isi teks melalui penerapan latihan menjawab pertanyaan melalui pola 5W+1H di kelas IX C MTs Al-Ishlah Batugede Jakarta Utara?
Untuk mendeskripsikan suasana belajar pada latihan menangkap isi teks melalui penerapan latihan menjawab pertanyaan melalui pola 5W+1H di kelas IX C MTs Al-Ishlah Batugede Jakarta Utara?
Bagaimanakah peningkatan kemampuan siswa dalam menyusun kesimpulan setelah menggunakan model inquiri?
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa menyusun kesimpulan setelah menggunakan model inquiri.
Bagaimanakah suasana belajar di kelas dengan menggunakan model inquiri?
Untuk mengetahui suasana belajar di kelas dengan menggunakan model inquiri.
Bagaimanakah kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat setelah menggunakan metode debat?
Untuk menjelaskan peningkatan kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat setelah menggunakan metode debat.
Bagaimanakah partisipasi siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode debat?
Untuk menjelaskan partisipasi siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode debat.
Bagaimanakah peningkatan pemahaman siswa mengenai materi volume bangun ruang setelah menggunakan pendekatanmathematic realistic?
Untuk mendeskripsikan peningkatan pemahaman siswa mengenai materi volume bangun ruang setelah menggunakan pendekatan mathematic realistic.
Bagaimanakah aktivitas siswa dalam pembelajaran materi volume bangun ruang dengan menggunakan pendekatanmathematic realistic?
Untuk mendeskripsikan aktivitas siswa dalam pembelajaran materi volume bangun ruang dengan menggunakan pendekatanmathematic realistic.

Setelah peneliti memaparkan latar belakang masalah dan tindakannya dalam bagian latar belakang maka langkah selanjutnya adalah merumuskan masalah. Rumusan masalah dinyatakan dalam kalimat tanya. Pertanyaan inilah yang ingin diketahui jawabannya melalui proses penelitian. Oleh karena itu rumusan masalah harus jelas, spesifik dan dapat diukur. Selain itu rumusan masalah harus memungkinkan untuk dijawab dalam penelitian dengan mempertimbangkan kemampuan ayang ada.
Masalah yang akan diangkat dalam penelitian mungkin hanya satu namun jumlah rumusan masalah dalam PTK bisa lebih dari satu. Rumusan masalah dapat terdiri dari rumusan yang menanyakan proses dan satu yang menanyakan hasil.
Untuk kasus penelitian Ibu Siti yang kita angkat, rumusan masalah bisi sebagai  berikut.
  1. Bagaimana peningkatan keterampilan mengnagkap isi teks melalui penerapan latihan menjawab pertanyaan melalui pola 5W+1H di kelas IX C MTs Al-Ishlah Batugede Jakarta Utara?
  2. Bagimana suasana belajar pada latihan menangkap isi teks melalui penerapan latihan menjawab pertanyaan melalui pola 5W+1H di kelas IX C MTs Al-Ishlah Batugede Jakarta Utara?
Rumusan masalah pertama pada contoh di atas menanyakan bagaimana hasil dari tindakana yang akan dilakukan dalam beberapa siklus. Rumusan masalah kedua mempertanyakan susana belajar pada proses latihan menggunakan pola pertanyaan 5W+1H. Dalam pertanyaan ini termasuk beberapa poin yang dapat diukur seperti: Apakah peserta didik merasa senang melakukannya? Apakah peserta didik merasa dimudahkan dengan pola tersebut? Apakah proses penemuan informasi dari teks lebih cepat?
Berikut ini beberapa contoh rumusan masalah:
Meningkatkan keterampilan menyimpulkan menggunakan model inquiri
  1. Bagaimanakah kemampuan siswa menyusun kesimpulan hasil pengamatan setelah menggunakan model inquiri?
  2. Bagaimanakah suasana belajar di kelas dengan menggunakan model inquiri?
Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat menggunakan metode debat.
  1. Bagaimanakah kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat setelah menggunakan metode debat?
  2. Bagaimanakah partisipasi siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode debat?
Penerapan pendekatan mathematic realistic untuk meningkatkan pemahaman trhadap konsep volume bangun ruang
  1. Bagaimanakah peningkatan kemampuan siswa dalam memahami materi volume bangun ruang setelah menggunakan pendekatan mathematic realistic?
  2. Bagaimanakah aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan mathematic realistic?
Pada contoh di atas masing masing kasus mengajukan dua pertanyaan. Jumlah tersebut tidak baku. Anda dapat mengajukan pertanyaan lebih dari dua. Yang harus menjadi pertimbangan adalah kemampuan kita untuk menjawabnya. Kalau memang kita dapat mengumpulkan data untuk mendukungnya maka tidak masalah.
Sumber : http://djj.bdkjkt.org/

Dalam penulisan manfaat penelitian tidak ada aturan khusus seperti pada perumusan masalah dan tujuan penelitian. Manfaat penelitian merupakan keberartian hasil penelitian untuk peneliti sendiri ataupun untuk orang lain. Biasanya manfaat penelitian yang ditulis hanya untuk yang terkait langsung dengan hasil penelitian seperti untuk peneliti, untuk guru lain, untuk siswa, dan untuk sekolah.
Contoh manfaat penelitian:
  1. Bagi peneliti. Hasil penelitian ini menjadi bekal untuk melakukan proses pembelajaran lebih baik lagi sehingga hasil belajar siswa dapat dicapai dengan optimal.
  2. Bagi siswa. Hasil penelitian ini memberikan pengalaman kepada siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang tidak biasa dilakukan oleh para guru.
  3. Untuk sekolah. Hasil penelitian ini menjadi salah satu referensi yang dapat dibaca oleh seluruh keluarga besar sekolah terutama para guru dalam rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
Penulisan manfaat penelitian tindakan kelas tidak kaku harus seperti pointer-pointer di atas, oleh karena itu dapat pula ditulis seperti:
  1. Memberi pengalaman bagi peneliti dan kolaborator dalam melakukan penelitian tindakan kelas.
  2. Memberikan gambaran menganai pentingnya memilih metode yang tepat untuk meningkatkan kemampuan membaca, khususnya menemukan informasi rinci dari teks yang sering menjadi kendala bagi para siswa.
  3. Telaah mengenai proses penerapan metode pertanyaan berpola 5W + 1H diharapkan dapat memberikan pengalaman berharga bagi peneliti dan diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai best practices bagi sesama guru bahasa Indonesia yang memiliki masalah yang relatif sama.
  4. Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa kelas IX MTs X dalam meningkatkan kemampuan menemukan informasi rinci dari teks sehingga dapat meningkatkan kemampuan membaca dan dapat membantu dalam menyelesaikan soal-soal pada Ujian Nasional.
  5. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas pebelajaran Bahasa Indonesia di MTs X. 
Sumber : http://djj.bdkjkt.org/

Kerangka berpikir adalah alur berpikir yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian berupa sebuah penjelasan bahwa variabel yang satu secara logis berkaitan dengan variabel lainnya. Kerangka berpikir selanjutnya digunakan sebagai landasan atau argumentasi untuk merumuskan hipotesis.
Kerangka berpikir merupakan silogisme (logika) yang terdiri dari premis-premis.   Biasanya disebut premis mayor dan premis minor. Mari kita lihat contoh silogisme berikut.
Premis 1: Semua makhluk hidup bernafas.
Premis 2: Bakteri bernafas
Simpulan: Bakteri adalah makhluk hidup.
Dalam penelitian premis-presmis adalah kesimpulan dari kajian pustaka. Jadi kalau kita punya dua variabel maka pada bagian kajian pustaka kita punya dua kajian dan setiap kajian harus diakhiri dengan kesimpulan. Kesimpulan tersebut akan menjadi premis untuk menyusun kerangka berpikir.
Lihat skema berikut:
      
Secara singkat, kerangka berpikir yang baik minimal memuat hal – hal sebagai berikut :
  1. Variabel – variabel yang akan diteliti harus dijelaskan satu persatu sebagai bentuk rangkuman atas kajian teori yang telah dikemukakan sebelumnya,
  2. Uraian dalam kerangka berpikir harus dapat menunjukkan dan menjelaskan keterkaitan antarvariabel yang diteliti, yakni keterkaitan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
  3. Uraian dalam kerangka berpikir harus menunjukkan dan menjelaskan apakah hubungan antarvariabel itu positif atau negatif karena dalam konsep korelasi terdapat hubungan positif dan hubungan negatif. Misalnya jika variabel penelitiannya adalah penggunaan model pembelajaran Jigsaw dan motivasi belajar, maka penulis harus menjelaskan hubungan logis antara kedua variabel tersebut.
  4. Untuk memperjelas kerangka berpikir juga dapat digambarkan dalam bentuk skema atau peta konsep yang menggambarkan hubungan antara kedua variabel.
Mari kita lihat contoh pada kasus PTK Ibu Siti.
Setelah melakukan kajian pustaka secara mendalam maka dirumuskan simpulan sebagai berikut.
Salah satu keterampilan berbahasa adalah menangkap informasi dari teks. Pada peserta didik keterampilan tersebut dapat dikembangkan dengan cara melatih mereka secara inteksif dan berulang-ulang menggunakan metode tertentu.
Struktur teks pada umumnya terdiri dari pernyataan-pernyataan yang merupakan jawaban dari pertanyaan apa, siapa, dimana, kapan, mengapa dan bagaimana yang biasanya diangkat 5W+1H.  Jawaban tersebut bisa diperoleh peserta didik melalui teknik tertentu, diantaranya dengan menggunakan teknik menjawab pertanyaan dengan pola 5W+1H. Berdasarkan alasan tersebut maka meningkatkan keterampilan menangkap isi teks dapat dilakukan dengan melatih para peserta didik secara intensif dan berkelanjutan melalui pola tersebut.
Berdasarkan argumentasi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan keterampilan menangkap isi teks pada peserta didik dapat dilakukan melalui latihan dengan metode menjawab pertanyaan dari teks menggunakan pola 5W+1H. Hubungan antara variabel keterampilan menangkan isi bacaan dengan metode latihan pola 5W+1H dapat digambarkan dengan skema berikut.

Berikut ini contoh lain dari kerangka berpikir.
Motivasi belajar siswa bisa muncul dari dalam diri sendiri dan bisa didorong oleh faktor luar seperti kondisi ruangan belajar, model pembelajaran yang digunakan guru dan materi yang diajarkan. Model pembelajaran sangat banyak jenis dan ragamnya salah satunya adalah  model pembelajaran kooperatif jenis Jigsaw yang didalam prosesnya berusaha mengaktifkan siswa sebagai subyek belajar baik secara  individu maupun kelompok.
Model pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif mendorong siswa dapat berinteraksi dengan siswa lainnya dalam menggali berbagai informasi penting dalam pembelajaran sehingga siswa tidak bosan hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru. Berdasarkan uraian di atas, diduga terdapat peningkatan motivasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw.

Sumber : http://djj.bdkjkt.org/

MKRdezign

{facebook#http://www.facebook.com/c47ur1980} {twitter#http://twitter.com/c47ur1980} {google-plus#http://plus.google.com/u/0/+CaturYogaMeiningdiasoke} {pinterest#http://www.pinterest.com/c47ur1980} {youtube#https://www.youtube.com/channel/UCuK3oOO6zZmaOfbh3kw63pw} {instagram#https://www.instagram.com/caturyogam/}

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Gambar tema oleh enjoynz. Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget