Latest Post

Tujuan penelitian adalah pernyataan mengenai target yang ingin diraih melalui penelitian. Tentu saja tujuan penelitian terkati dengan rumusan masalah.  Malah dapat dikatakan bahwa tujuan penelitian merupakan pernyataan positif dari rumusan masalah.
Seecara sederhana, tujuan penelitian dirumuskan dengan cara membuang kata tanya dan tanda Tanya yang ada dalam rumusan masalah. Perhatikan contoh tujuan penelitian di bawah ini dan bandingkan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas.
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN PENELITIAN
Bagaimana peningkatan keterampilan mengnagkap isi teks melalui penerapan latihan menjawab pertanyaan melalui pola 5W+1H di kelas IX C MTs Al-Ishlah Batugede Jakarta Utara?
Untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan mengnagkap isi teks melalui penerapan latihan menjawab pertanyaan melalui pola 5W+1H di kelas IX C MTs Al-Ishlah Batugede Jakarta Utara?
Bagimana suasana belajar pada latihan menangkap isi teks melalui penerapan latihan menjawab pertanyaan melalui pola 5W+1H di kelas IX C MTs Al-Ishlah Batugede Jakarta Utara?
Untuk mendeskripsikan suasana belajar pada latihan menangkap isi teks melalui penerapan latihan menjawab pertanyaan melalui pola 5W+1H di kelas IX C MTs Al-Ishlah Batugede Jakarta Utara?
Bagaimanakah peningkatan kemampuan siswa dalam menyusun kesimpulan setelah menggunakan model inquiri?
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa menyusun kesimpulan setelah menggunakan model inquiri.
Bagaimanakah suasana belajar di kelas dengan menggunakan model inquiri?
Untuk mengetahui suasana belajar di kelas dengan menggunakan model inquiri.
Bagaimanakah kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat setelah menggunakan metode debat?
Untuk menjelaskan peningkatan kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat setelah menggunakan metode debat.
Bagaimanakah partisipasi siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode debat?
Untuk menjelaskan partisipasi siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode debat.
Bagaimanakah peningkatan pemahaman siswa mengenai materi volume bangun ruang setelah menggunakan pendekatanmathematic realistic?
Untuk mendeskripsikan peningkatan pemahaman siswa mengenai materi volume bangun ruang setelah menggunakan pendekatan mathematic realistic.
Bagaimanakah aktivitas siswa dalam pembelajaran materi volume bangun ruang dengan menggunakan pendekatanmathematic realistic?
Untuk mendeskripsikan aktivitas siswa dalam pembelajaran materi volume bangun ruang dengan menggunakan pendekatanmathematic realistic.

Setelah peneliti memaparkan latar belakang masalah dan tindakannya dalam bagian latar belakang maka langkah selanjutnya adalah merumuskan masalah. Rumusan masalah dinyatakan dalam kalimat tanya. Pertanyaan inilah yang ingin diketahui jawabannya melalui proses penelitian. Oleh karena itu rumusan masalah harus jelas, spesifik dan dapat diukur. Selain itu rumusan masalah harus memungkinkan untuk dijawab dalam penelitian dengan mempertimbangkan kemampuan ayang ada.
Masalah yang akan diangkat dalam penelitian mungkin hanya satu namun jumlah rumusan masalah dalam PTK bisa lebih dari satu. Rumusan masalah dapat terdiri dari rumusan yang menanyakan proses dan satu yang menanyakan hasil.
Untuk kasus penelitian Ibu Siti yang kita angkat, rumusan masalah bisi sebagai  berikut.
  1. Bagaimana peningkatan keterampilan mengnagkap isi teks melalui penerapan latihan menjawab pertanyaan melalui pola 5W+1H di kelas IX C MTs Al-Ishlah Batugede Jakarta Utara?
  2. Bagimana suasana belajar pada latihan menangkap isi teks melalui penerapan latihan menjawab pertanyaan melalui pola 5W+1H di kelas IX C MTs Al-Ishlah Batugede Jakarta Utara?
Rumusan masalah pertama pada contoh di atas menanyakan bagaimana hasil dari tindakana yang akan dilakukan dalam beberapa siklus. Rumusan masalah kedua mempertanyakan susana belajar pada proses latihan menggunakan pola pertanyaan 5W+1H. Dalam pertanyaan ini termasuk beberapa poin yang dapat diukur seperti: Apakah peserta didik merasa senang melakukannya? Apakah peserta didik merasa dimudahkan dengan pola tersebut? Apakah proses penemuan informasi dari teks lebih cepat?
Berikut ini beberapa contoh rumusan masalah:
Meningkatkan keterampilan menyimpulkan menggunakan model inquiri
  1. Bagaimanakah kemampuan siswa menyusun kesimpulan hasil pengamatan setelah menggunakan model inquiri?
  2. Bagaimanakah suasana belajar di kelas dengan menggunakan model inquiri?
Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat menggunakan metode debat.
  1. Bagaimanakah kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat setelah menggunakan metode debat?
  2. Bagaimanakah partisipasi siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode debat?
Penerapan pendekatan mathematic realistic untuk meningkatkan pemahaman trhadap konsep volume bangun ruang
  1. Bagaimanakah peningkatan kemampuan siswa dalam memahami materi volume bangun ruang setelah menggunakan pendekatan mathematic realistic?
  2. Bagaimanakah aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan mathematic realistic?
Pada contoh di atas masing masing kasus mengajukan dua pertanyaan. Jumlah tersebut tidak baku. Anda dapat mengajukan pertanyaan lebih dari dua. Yang harus menjadi pertimbangan adalah kemampuan kita untuk menjawabnya. Kalau memang kita dapat mengumpulkan data untuk mendukungnya maka tidak masalah.
Sumber : http://djj.bdkjkt.org/

Dalam penulisan manfaat penelitian tidak ada aturan khusus seperti pada perumusan masalah dan tujuan penelitian. Manfaat penelitian merupakan keberartian hasil penelitian untuk peneliti sendiri ataupun untuk orang lain. Biasanya manfaat penelitian yang ditulis hanya untuk yang terkait langsung dengan hasil penelitian seperti untuk peneliti, untuk guru lain, untuk siswa, dan untuk sekolah.
Contoh manfaat penelitian:
  1. Bagi peneliti. Hasil penelitian ini menjadi bekal untuk melakukan proses pembelajaran lebih baik lagi sehingga hasil belajar siswa dapat dicapai dengan optimal.
  2. Bagi siswa. Hasil penelitian ini memberikan pengalaman kepada siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang tidak biasa dilakukan oleh para guru.
  3. Untuk sekolah. Hasil penelitian ini menjadi salah satu referensi yang dapat dibaca oleh seluruh keluarga besar sekolah terutama para guru dalam rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
Penulisan manfaat penelitian tindakan kelas tidak kaku harus seperti pointer-pointer di atas, oleh karena itu dapat pula ditulis seperti:
  1. Memberi pengalaman bagi peneliti dan kolaborator dalam melakukan penelitian tindakan kelas.
  2. Memberikan gambaran menganai pentingnya memilih metode yang tepat untuk meningkatkan kemampuan membaca, khususnya menemukan informasi rinci dari teks yang sering menjadi kendala bagi para siswa.
  3. Telaah mengenai proses penerapan metode pertanyaan berpola 5W + 1H diharapkan dapat memberikan pengalaman berharga bagi peneliti dan diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai best practices bagi sesama guru bahasa Indonesia yang memiliki masalah yang relatif sama.
  4. Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa kelas IX MTs X dalam meningkatkan kemampuan menemukan informasi rinci dari teks sehingga dapat meningkatkan kemampuan membaca dan dapat membantu dalam menyelesaikan soal-soal pada Ujian Nasional.
  5. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas pebelajaran Bahasa Indonesia di MTs X. 
Sumber : http://djj.bdkjkt.org/

Kerangka berpikir adalah alur berpikir yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian berupa sebuah penjelasan bahwa variabel yang satu secara logis berkaitan dengan variabel lainnya. Kerangka berpikir selanjutnya digunakan sebagai landasan atau argumentasi untuk merumuskan hipotesis.
Kerangka berpikir merupakan silogisme (logika) yang terdiri dari premis-premis.   Biasanya disebut premis mayor dan premis minor. Mari kita lihat contoh silogisme berikut.
Premis 1: Semua makhluk hidup bernafas.
Premis 2: Bakteri bernafas
Simpulan: Bakteri adalah makhluk hidup.
Dalam penelitian premis-presmis adalah kesimpulan dari kajian pustaka. Jadi kalau kita punya dua variabel maka pada bagian kajian pustaka kita punya dua kajian dan setiap kajian harus diakhiri dengan kesimpulan. Kesimpulan tersebut akan menjadi premis untuk menyusun kerangka berpikir.
Lihat skema berikut:
      
Secara singkat, kerangka berpikir yang baik minimal memuat hal – hal sebagai berikut :
  1. Variabel – variabel yang akan diteliti harus dijelaskan satu persatu sebagai bentuk rangkuman atas kajian teori yang telah dikemukakan sebelumnya,
  2. Uraian dalam kerangka berpikir harus dapat menunjukkan dan menjelaskan keterkaitan antarvariabel yang diteliti, yakni keterkaitan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
  3. Uraian dalam kerangka berpikir harus menunjukkan dan menjelaskan apakah hubungan antarvariabel itu positif atau negatif karena dalam konsep korelasi terdapat hubungan positif dan hubungan negatif. Misalnya jika variabel penelitiannya adalah penggunaan model pembelajaran Jigsaw dan motivasi belajar, maka penulis harus menjelaskan hubungan logis antara kedua variabel tersebut.
  4. Untuk memperjelas kerangka berpikir juga dapat digambarkan dalam bentuk skema atau peta konsep yang menggambarkan hubungan antara kedua variabel.
Mari kita lihat contoh pada kasus PTK Ibu Siti.
Setelah melakukan kajian pustaka secara mendalam maka dirumuskan simpulan sebagai berikut.
Salah satu keterampilan berbahasa adalah menangkap informasi dari teks. Pada peserta didik keterampilan tersebut dapat dikembangkan dengan cara melatih mereka secara inteksif dan berulang-ulang menggunakan metode tertentu.
Struktur teks pada umumnya terdiri dari pernyataan-pernyataan yang merupakan jawaban dari pertanyaan apa, siapa, dimana, kapan, mengapa dan bagaimana yang biasanya diangkat 5W+1H.  Jawaban tersebut bisa diperoleh peserta didik melalui teknik tertentu, diantaranya dengan menggunakan teknik menjawab pertanyaan dengan pola 5W+1H. Berdasarkan alasan tersebut maka meningkatkan keterampilan menangkap isi teks dapat dilakukan dengan melatih para peserta didik secara intensif dan berkelanjutan melalui pola tersebut.
Berdasarkan argumentasi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan keterampilan menangkap isi teks pada peserta didik dapat dilakukan melalui latihan dengan metode menjawab pertanyaan dari teks menggunakan pola 5W+1H. Hubungan antara variabel keterampilan menangkan isi bacaan dengan metode latihan pola 5W+1H dapat digambarkan dengan skema berikut.

Berikut ini contoh lain dari kerangka berpikir.
Motivasi belajar siswa bisa muncul dari dalam diri sendiri dan bisa didorong oleh faktor luar seperti kondisi ruangan belajar, model pembelajaran yang digunakan guru dan materi yang diajarkan. Model pembelajaran sangat banyak jenis dan ragamnya salah satunya adalah  model pembelajaran kooperatif jenis Jigsaw yang didalam prosesnya berusaha mengaktifkan siswa sebagai subyek belajar baik secara  individu maupun kelompok.
Model pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif mendorong siswa dapat berinteraksi dengan siswa lainnya dalam menggali berbagai informasi penting dalam pembelajaran sehingga siswa tidak bosan hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru. Berdasarkan uraian di atas, diduga terdapat peningkatan motivasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw.

Sumber : http://djj.bdkjkt.org/

Judul PTK sudah dapat dirumuskan ketika masalah dan tindakannya sudah jelas. Kalimat judul harus memuat tiga unsur yaitu masalah yang akan dipecahkan (what),  subjek penelitian (who) dan bagaimana cara memecahkan masalah (how). Susunan kalimat judul bisa berpola what + how + who. Misalnya pada PTK yang akan dilakukan Bu Siti, kalimat judul dapat dirumuskan sebagai berikut.
Upaya meningkatkan kemampuan menemukan informasi rinci dari teks melalui penerapan metode pertanyaan  berpola 5W + 1H pada Kelas IX di MTs An-Nur Malangbong Garut tahun 2014.
Kalimat judul tersebut bisa juga ditulis dengan pola how + what + who. Dengan menggunakan pola tersebut kalimat judul akan berbunyi sebagai berikut:
Penerepan metode pertanyaan  berpola 5W + 1H untuk meningkatkan kemampuan menemukan informasi rinci dari teks pada Kelas IX di MTs An-Nur Malangbong Garut tahun 2014.

Sumber : http://djj.bdkjkt.org/

Dalam bagian paradigma penelitian kita sudah mendiskusikan bahwa PTK bukan penelitian yang bersifat uji hipotesis seperti dalam penelitian kuantitatif yang bersifat logico hipotetico perificatif. Oleh karena itu keberadaan hipotesis dalam PTK bukan merupakan keharusan. Apabila Anda tidak menuliskan hipotesis dalam proposal maka tidak mengapa.
Dalam PTK digunakan istilah hipotesis tindakan. Hipotesis merupakan jawab sementara atas rumusan masalah yang telah diajukan. Hipotesis tindakan adalah dugaan sementara mengenai keberhasilan tindakan untuk mengubah atau mengatasi masalah yang diangkat dalam penelitian.
Perumusan hipotesis penelitian merupkan langkah lanjutan setalah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berpikir. Artinya, bahwa pendugaan mengenai keberfungsian tindakan untuk mengatasi masalah didasarkan pada hasil kajian secara teoritik. Dengan demikian, pendugaan tidak asal dilakukan akan tetapi memiliki dasar ilmiah yang bias dipertanggungjawabkan.
Rumusan hipotesis tindakan dibangun berdasarkan deskripsi dari kerangka berpukir, dan merupakan kalimat jawaban dari rumusan masalah. Mari kita lihat contoh rumusan hipoetesis tindakan berikut.
Rumusan Masalah
Bagaimana peningkatan keterampilan mengnagkap isi teks melalui penerapan metode latihan menjawab pertanyaan melalui pola 5W+1H di kelas IX C MTs Al-Ishlah Batugede Jakarta Utara?
Kerangka berpikir
Berdasarkan argumentasi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan keterampilan menangkap isi teks pada peserta didik dapat dilakukan melalui latihan dengan metode menjawab pertanyaan dari teks menggunakan pola 5W+1H. Hubungan antara variabel keterampilan menangkan isi bacaan dengan metode latihan pola 5W+1H dapat digambarkan dengan skema berikut.
Hipotesis Tindakan
Diduga penerapan metode latihan menjawab peretanyaan melalui pola 5W+1H dapat meningkatkan keterampilan menangkap isi teks pada kelas IX  C MTs Al-Ishlah Batugede Jakarta Utara.
Silakan cermati lagi contoh di atas. Rumusan masalah, kerangka berpikir dan hipotesis harus sinkron (sejalan) antara satu dengan lainnya dan juga harus menggunkan istilah (terminologi) yang sama. Selain itu jumlah hipotesis harus sesuai dengan jumlah rumusan masalah. Kalau jumlah rumusan masalahnya 2 maka hipotesis tindakannya dua juga.

Sumber : http://djj.bdkjkt.org/

Latar belakang berarti alasan terjadinya sebuah penomena atau alasan yang mendorong kita melakukan sesuatu. Latar belakang masalah dalam penelitian berarti alasan mengapa kita mengangkat masalah tertentu untuk diteliti.
Berdasarkan pengalaman dalam membimbing proposal PTK, banyak guru yang lemah dalam menyusun bagian latar belakag masalah. Kelemahan yag ditemukan diantaranya membuka alinea dengan topik yang terlalu luas sehingga membutuhkan paparan yang terlalu panjang untuk sampai ke tujuan; tidak mengangkap masalah yang jelas, tidak mengungkakan alasan yang jelas mengenai masalah; tidak mengungkapkan fakta-fakta masalah dan tema aline yang kuang sistimatis (loncat-loncat) sehingga sulit dipahami.
Menuliskan bagian latar belakang pada proposal PTK sesungguhnya tidak sulit apabila kita sudah melakukan penelitian pra-PTK (recconnaisance). Oleh karena itu pra-PTK menjadi sangat penting. Seperti telah kita diskusikan sebelumnya melalui pra-PTK kita sudah mendefinisikan apa masalah yang akan diteliti dilengkapi dengan fakta-fakta tentang adanya masalah tersebut, dan apa tindakan yang akan dilakukan. Temuan-temuan yang kita peroleh dari pra-PTK itulah yang kita jadikan bahan untuk menyusun bagian latar belakang.
Rumusan sederhana untuk menuliskan bagian latar belakang adalah menggunakan prinsip piramida terbalik. Artinya memulai paparan dari hal yang umum kemudian semakin mengerucut ke bagian masalah hingga ujungnya menyatakan masalah yang akan diteliti.
Sebenarnya tidak ada rumusan yang pasti untuk menyusun latar balakang namun untuk latihan kita bisa menggunakan alternatif sistimatika tertentu. Sebagi bantuan kita dapat menentukan kerangka atau outline tulisan. Kerangka tersebut kita gunakan sebagai pemandu saja. Pada prakteknya menulis itu akan mengalir.
Mari kita mencoba untuk menyusun kerangka leatar belakang untuk kasus Ibu Siti. Poin-poin latar belakang dan sistematika akan seperti kerangka di bawah ini.
  1. Tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia.
  2. Hasil UN dan tes sumatif tidak memuaskan.
  3. Fakta mengenai hasil UN dan tes sumatif.
  4. Temuan penyebab rendahnya hasil UN dan tes sumatif.
  5. Fakta mengenai penyebab masalah.
  6. Kajian masalah
  7. Pilihan Tindakan
  8. Pernyataan tentang pentingnya dilakukan PTK.
Kerangka di atas menggambarkan pola piramida terbalik. Paparan dimulai dari yang umum kemudian diurai kedalam paparan yang lebih khusus dan menjurus ke ujung lancip piramida mengenai pilihan tindakan. Bagian akhir adalah simpulan tentang pentingnya melakukan PTK untuk mengatasi masalah tersebut. Boleh juga diakhiri dengan judul penelitian.
Mari kita mencoba menguraikan bagian demi bagian. Simak contoh Latar belakang berikut.
Ada empat keterampilan ber-Bahasa Indonesia yang harus dikuasai yaitu berbicara, mendengar, membaca dan menulis. Keempat aspek tersebut harus dikuasai secara seimbang. Dalam kompetensi dasar keterampilan ber-Bahasa Indoneis kelas IX dituliskan sebagai berikut.4.1. Menangkap makna teks eksemplum, tanggapan kritis, tantangan, dan rekaman percobaan baik secara lisan maupun tulisan.4.2 Menyusun teks eksemplum, tanggapan kritis, tantangan, dan rekaman percobaan sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan mupun tulisan.4.3 Menelaah dan merevisi teks eksemplum, tanggapan kritis, tantangan, dan rekaman percobaan sesuai dengan struktur dan kaidah teks baik secara lisan maupun tulisan.4.4 Meringkas teks eksemplum, tanggapan kritis, tantangan, dan rekaman percobaan baik secara lisan maupun tulisan. Kompetensi dasar tersebut menunjukkan bahwa seorang siswa harus dapat menangkap makna, menyusun, menelaah, merevisi dan meringkas berbegai bentuk teks secara lisan maupun tulisan.
Ada fenomena menarik mengenai hasil belajar pada keterampilan berbahasa tersebut. Rata-rata skor hasil UN pada tahun kemarin tergolong rendah karena hanya mencaai 5, 6. Skor tersebut lebih rendah dari pada mata pelajaran lain. Setelah dilakukan kajian terhadap lembar jawab ternyata 80% siswa banyak melakukan kesalahan dalam bagian soal terkait dengan menangkap informasi dari teks. Untuk meyakinkan hal itu telah dilakukan tes dengan soal serupa dengan soal UN di awal semester kepada seluruh kelas IX. Lembar jawaban tes dianalisis dan hasilnya menunjukkan 82,3% siswa melakukan kesalahan dalam bagian mengankap informasi dari teks. Teridentifikasi bahwa skor terendah pada keterampilan tersebut terjadi di kelas IXC.
Hasil kajian tersebut menunjukkan adanya masalah terkait dengan keterampilan menangkap makna atau infomasi dari teks. Tentu saja ini merupakan masalah yang sangat penting untuk diselesaikan. Dampak terhadap kelemahan tersebut bukan hanya sekedar terhadap hasil UN melainkan terhadap penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Di zaman ini informasi merupakan bagian penting dalam kehidupan. Barang siapa yang menguasai informasi maka akan dapat menguasai dunia. Syarat orang yang menguasai infomasi salah satunya adalah memiliki keterampilan memperoleh dan mengolah infrmasi. Oleh kerena itu kemampuan menangkap informasi merupakan kompetensi yang sangat dibutuhkan.
Keterampilan untuk menangkap informasi dari teks akan dikuasai oleh para peserta didik melalui proses latihan intensif dengan menggunakan strategi dan media yang tepat. Latihan tersebut harus dilakukan terus-menerus sehingga terbentuk kemahiran.   Yang jadi pertanyaan, strategi apa yang tepat untuk pembelajaran tersebut?
Menurut Jatmiko (2007: 46), secara umum struktur isi teks terdiri dari jawaban-jawaban terhadap pertanyaan apa, siapa, kapan, dimana, mengapa dan bagaimana. Pertayaan-pertanyaan tersebut biasanya disingkat 5W+1H (what, who, where, hwen, why and how). Struktur tersebut hampir berlaku untuk semua jenis teks, meskipun mungkin saja dalam sebuah teks tidak semua jawaban dari pertanyaan tersebut ada didalamnya. Urutannya pun biasanya tidak selalu memenuhi pola tertentu melainkan tergantung dari konteks dan kesukaan penulis. Hal itu tidak menjadi soal, yang pasti isi teks merupakan jawaban dari keenam pertanyaan tersebut.
Anatomi teks tresebut dapat dijadikan  landasan atau kunci untuk meemukan sebuah strategi atau metode dalam melatih peserta didik menangkap makna atau isi dari sebuah teks. Salah satu yang dapat dilakukan adalah melaatih para peserta didik untuk terampil mengkap informasi dengan menggunakan pola menjawab pertanyaan 5W+1H.  Dalam latihan tersebut para peserta didik menuliskan terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian menjawabnya berdasrkan teks yang dibacanya. Bisa saja para peserta didik terlebih dahulu membuat tabel dua kolom. Kolomp pertama berisi 6 baris yang berisi 6 pertanyaan dan komom kedua ruang untuk jawabannya.
Metode latihan tersebut belum pernah digunakan sebelumnya namun menurut peneliti merupakan sebuah alternatif metode yang perlu dicobakan. Berdasarkan hal itu penulis akan melakukan sebuah Penelitian Tindakan Kelas dengan menerapkan perlakuaan metode menjawab pertanyaan dengan pola 5W+1H untuk meningkatkan keterampilan mengakap makna atau isi dari teks. Karena berdasrkan hasil analisis kelas yang skor keterampilannya paling rendah adalah kelas IXC maka penelitian tindakan akan dilakukan di kelas tersebut.
Coba Anda identifikasi setiap aline pada latar belakang di atas. Anda dapat melihat bahwa ususnan isi paparan dimulai dari yang umum yaitu tujuan mata pelajaran pembelajaran Bahasa Indonesia dengan mengungkapkan KD, dilanjutkan dengan adanya fenomena masalah dan faktanya. Selanjutnya diungkapkan hasil kajian terhadap masalah dan kajian solusinya. Paparan diakhiri dengan maksud untuk melakukan PTK dengan mencantumkan masalah dan solusinya.
Tentu saja sistimatika tersebut tidak baku. Sistematika lain dapat digunakan. Namun bagi Anda yang masih berlatih ada baiknya ikuti sistematika dan substansi seperti di atas. Setelah Anda sering melakukannya Anda akan menemukan sendiri sistematika lain yang lebih baik. Pada dasarnya menulis adalah seni sehingga setiap orang bisa menemukan gaya masing-masing.
Jumlah alinea atau isi latar belakang masalah tidak harus panjang. Satu halaman dianggap cukup. Oleh karena itu jangan memulai papaan dari yang terlalu umum. Substansi dari latar belakang masalah adalah memberikan alasan bahwa penelitian yang akan Anda lakukan penting dilaukan dan didalamnya Anda memberitahukan masalah yang akan diteliti disertai dengan tindakan yang akan Adan lakukan.
Penentuan kelas lokasi penelitian pada contoh di atas dilakukan dengan cara memilih kelas yang memperoleh skor paling rendah. Hal iti disebabkan karena masalah dimulai dari fenomena umum. Itu hanya salah satu kasus saja. Mungkin pada ksus yang lain masalah memang ditemukan pada kelas tertentu saja sehingga tidak perlu mempertimbangkan keterlibatan kelas lain. Misalnya kasus kurang berminat untuk belajar IPS terjadi di kelas VII D maka yang menjadi kajian di latar belakang fokus saja ke kelas tersebut.
Untuk melengkapi contoh latar belakang dengan sistimatika yang sama perhatikan contoh berikut.
Dalam kegiatan belajar, minat mempunyai peranan yang sangat penting. Bila siswa tidak memiliki minat dan perhatian yang besar terhadap obyek yang dipelajari maka sulit diharapkan siswa tersebut memperoleh hasil belajar yang optimal. Seperti dikatakan Muhibbin Syah (2010: 132), bahwa minat merupakan salah satu faktor psikologis yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar.
Fakta di lapangan, minat belajar siswa di kelas VIIIa MTsn Kayu Manis khususnya pada mata pelajaran IPS masih rendah yang ditunjukkan dengan hasil pengamatan pada semester sebelumnya, 50 % siswa kurang berminat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, 30 % sedang, dan hanya 20 % yang memiliki minat cukup tinggi.
Atas dasar uraian di atas, model pembelajaran Jigsaw sebagai salah satu model pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa secara aktif diduga dapat membuat pola pembelajaran lebih hidup dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan minat mereka dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. 
Mari kita berlatih untuk menyusun bagian latar belakang. Yang harus Anda lakukan pertama adalah melakukan pra-PTK untuk emngumpulkan data. Hasil pra-PTK adalah bahan untuk mengembangkan alinea dalam latar belakang. Anda akan kesuitan mengembangkan alinea dalam latar belakang ketika Anda tidak melakukan pra-PTK.

Sumber : http://djj.bdkjkt.org/

MKRdezign

{facebook#http://www.facebook.com/c47ur1980} {twitter#http://twitter.com/c47ur1980} {google-plus#http://plus.google.com/u/0/+CaturYogaMeiningdiasoke} {pinterest#http://www.pinterest.com/c47ur1980} {youtube#https://www.youtube.com/channel/UCuK3oOO6zZmaOfbh3kw63pw} {instagram#https://www.instagram.com/caturyogam/}

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Gambar tema oleh enjoynz. Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget