Latest Post

Pelengkap proposal terdiri dari dua bagian, yaitu bagian depan dan bagian belakang. Sebagai sebuah dokumen pelengkap ini sangat penting karena kalau tidak ada maka orang lain yang membacanya akan melihat dengan sebelah mata. Bagian pelengkap terutama bagian depan yang kadang dilihat  lebih dahulu, dan kalau tampilannya kurang menarik maka orang tidak berminat membacanya.
Mari kita lihat dafta pelengkap proposal berikut ini.
Bagian depan
  1. Halaman depan (cover)
  2. Kata pengantar
  3. Daftar isi
  4. Daftar tabel
  5. Daftar gambar
Bagian belakang
  1. Biodata peneliti
  2. Biodata kolaborator
  3. Rencana Pelaksanaaan Pembelajaran
  4. Media pembelajaran
  5. Instrumen pengumpul data
Beberapa hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Pertama, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan digunakan dalam siklus pertama harus dilampirkan. Artinya rancangan pembelajaran dengan penerapan tindakan yang telah ditetapkan unutk siklus pertama harus sudah terlampir dalam proposal. RPP ini harus menjadi fokus perhatian karena ujung tombak dari PTK adalah proses pembelajaran. Ketika rancangan pembelajaran kurang baik maka keberhasila tindakan akan bias.
Penysunan RPP harus sesuai dengan standar. Pada KTSP lihat aturan penyusunan RPP pada Stadar Proses (Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007). Pada Kurikulum 2013 lihat pada Panduan Umum Pembelajaran (Lampiran Permendikbid No. 81A Tahun 2013). Susunlah RPP yang inovatif dan di bagian kegiatan belajar sesuaikan dengan skenario penerapan tindakan yang telah diuraikan dalam kajian pustaka. Untuk menjamin bahwa RPP yang kita susun sesuai dengan teori mengenai tindakan maka sebaiknya diskusikan secara mendalam dengan para kolaborator.
Rancangan media pembelajaran juga harus sudah dilampirkan dalam proposal. Kalau medianya bersifat benda maka lampirkan rancangannya dalam bentuk skema, gambar atau foto. Kalau dalam bentuk lembaran seperti LKS dan sejenisnya maka dapat dilampirkan aslinya.
Instrumen pengumpul data seperti pertanyaan pengarah untuk pengamatan, tabel pengamatan, angket, soal dan rubrik penilaian juga harus dilampirkan setidaknya unutk kebutuhan siklus pertama.

Sumber : http://djj.bdkjkt.org/

Tujuan penelitian adalah pernyataan mengenai target yang ingin diraih melalui penelitian. Tentu saja tujuan penelitian terkati dengan rumusan masalah.  Malah dapat dikatakan bahwa tujuan penelitian merupakan pernyataan positif dari rumusan masalah.
Seecara sederhana, tujuan penelitian dirumuskan dengan cara membuang kata tanya dan tanda Tanya yang ada dalam rumusan masalah. Perhatikan contoh tujuan penelitian di bawah ini dan bandingkan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas.
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN PENELITIAN
Bagaimana peningkatan keterampilan mengnagkap isi teks melalui penerapan latihan menjawab pertanyaan melalui pola 5W+1H di kelas IX C MTs Al-Ishlah Batugede Jakarta Utara?
Untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan mengnagkap isi teks melalui penerapan latihan menjawab pertanyaan melalui pola 5W+1H di kelas IX C MTs Al-Ishlah Batugede Jakarta Utara?
Bagimana suasana belajar pada latihan menangkap isi teks melalui penerapan latihan menjawab pertanyaan melalui pola 5W+1H di kelas IX C MTs Al-Ishlah Batugede Jakarta Utara?
Untuk mendeskripsikan suasana belajar pada latihan menangkap isi teks melalui penerapan latihan menjawab pertanyaan melalui pola 5W+1H di kelas IX C MTs Al-Ishlah Batugede Jakarta Utara?
Bagaimanakah peningkatan kemampuan siswa dalam menyusun kesimpulan setelah menggunakan model inquiri?
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa menyusun kesimpulan setelah menggunakan model inquiri.
Bagaimanakah suasana belajar di kelas dengan menggunakan model inquiri?
Untuk mengetahui suasana belajar di kelas dengan menggunakan model inquiri.
Bagaimanakah kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat setelah menggunakan metode debat?
Untuk menjelaskan peningkatan kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat setelah menggunakan metode debat.
Bagaimanakah partisipasi siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode debat?
Untuk menjelaskan partisipasi siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode debat.
Bagaimanakah peningkatan pemahaman siswa mengenai materi volume bangun ruang setelah menggunakan pendekatanmathematic realistic?
Untuk mendeskripsikan peningkatan pemahaman siswa mengenai materi volume bangun ruang setelah menggunakan pendekatan mathematic realistic.
Bagaimanakah aktivitas siswa dalam pembelajaran materi volume bangun ruang dengan menggunakan pendekatanmathematic realistic?
Untuk mendeskripsikan aktivitas siswa dalam pembelajaran materi volume bangun ruang dengan menggunakan pendekatanmathematic realistic.

Setelah peneliti memaparkan latar belakang masalah dan tindakannya dalam bagian latar belakang maka langkah selanjutnya adalah merumuskan masalah. Rumusan masalah dinyatakan dalam kalimat tanya. Pertanyaan inilah yang ingin diketahui jawabannya melalui proses penelitian. Oleh karena itu rumusan masalah harus jelas, spesifik dan dapat diukur. Selain itu rumusan masalah harus memungkinkan untuk dijawab dalam penelitian dengan mempertimbangkan kemampuan ayang ada.
Masalah yang akan diangkat dalam penelitian mungkin hanya satu namun jumlah rumusan masalah dalam PTK bisa lebih dari satu. Rumusan masalah dapat terdiri dari rumusan yang menanyakan proses dan satu yang menanyakan hasil.
Untuk kasus penelitian Ibu Siti yang kita angkat, rumusan masalah bisi sebagai  berikut.
  1. Bagaimana peningkatan keterampilan mengnagkap isi teks melalui penerapan latihan menjawab pertanyaan melalui pola 5W+1H di kelas IX C MTs Al-Ishlah Batugede Jakarta Utara?
  2. Bagimana suasana belajar pada latihan menangkap isi teks melalui penerapan latihan menjawab pertanyaan melalui pola 5W+1H di kelas IX C MTs Al-Ishlah Batugede Jakarta Utara?
Rumusan masalah pertama pada contoh di atas menanyakan bagaimana hasil dari tindakana yang akan dilakukan dalam beberapa siklus. Rumusan masalah kedua mempertanyakan susana belajar pada proses latihan menggunakan pola pertanyaan 5W+1H. Dalam pertanyaan ini termasuk beberapa poin yang dapat diukur seperti: Apakah peserta didik merasa senang melakukannya? Apakah peserta didik merasa dimudahkan dengan pola tersebut? Apakah proses penemuan informasi dari teks lebih cepat?
Berikut ini beberapa contoh rumusan masalah:
Meningkatkan keterampilan menyimpulkan menggunakan model inquiri
  1. Bagaimanakah kemampuan siswa menyusun kesimpulan hasil pengamatan setelah menggunakan model inquiri?
  2. Bagaimanakah suasana belajar di kelas dengan menggunakan model inquiri?
Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat menggunakan metode debat.
  1. Bagaimanakah kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat setelah menggunakan metode debat?
  2. Bagaimanakah partisipasi siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode debat?
Penerapan pendekatan mathematic realistic untuk meningkatkan pemahaman trhadap konsep volume bangun ruang
  1. Bagaimanakah peningkatan kemampuan siswa dalam memahami materi volume bangun ruang setelah menggunakan pendekatan mathematic realistic?
  2. Bagaimanakah aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan mathematic realistic?
Pada contoh di atas masing masing kasus mengajukan dua pertanyaan. Jumlah tersebut tidak baku. Anda dapat mengajukan pertanyaan lebih dari dua. Yang harus menjadi pertimbangan adalah kemampuan kita untuk menjawabnya. Kalau memang kita dapat mengumpulkan data untuk mendukungnya maka tidak masalah.
Sumber : http://djj.bdkjkt.org/

Dalam penulisan manfaat penelitian tidak ada aturan khusus seperti pada perumusan masalah dan tujuan penelitian. Manfaat penelitian merupakan keberartian hasil penelitian untuk peneliti sendiri ataupun untuk orang lain. Biasanya manfaat penelitian yang ditulis hanya untuk yang terkait langsung dengan hasil penelitian seperti untuk peneliti, untuk guru lain, untuk siswa, dan untuk sekolah.
Contoh manfaat penelitian:
  1. Bagi peneliti. Hasil penelitian ini menjadi bekal untuk melakukan proses pembelajaran lebih baik lagi sehingga hasil belajar siswa dapat dicapai dengan optimal.
  2. Bagi siswa. Hasil penelitian ini memberikan pengalaman kepada siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang tidak biasa dilakukan oleh para guru.
  3. Untuk sekolah. Hasil penelitian ini menjadi salah satu referensi yang dapat dibaca oleh seluruh keluarga besar sekolah terutama para guru dalam rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
Penulisan manfaat penelitian tindakan kelas tidak kaku harus seperti pointer-pointer di atas, oleh karena itu dapat pula ditulis seperti:
  1. Memberi pengalaman bagi peneliti dan kolaborator dalam melakukan penelitian tindakan kelas.
  2. Memberikan gambaran menganai pentingnya memilih metode yang tepat untuk meningkatkan kemampuan membaca, khususnya menemukan informasi rinci dari teks yang sering menjadi kendala bagi para siswa.
  3. Telaah mengenai proses penerapan metode pertanyaan berpola 5W + 1H diharapkan dapat memberikan pengalaman berharga bagi peneliti dan diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai best practices bagi sesama guru bahasa Indonesia yang memiliki masalah yang relatif sama.
  4. Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa kelas IX MTs X dalam meningkatkan kemampuan menemukan informasi rinci dari teks sehingga dapat meningkatkan kemampuan membaca dan dapat membantu dalam menyelesaikan soal-soal pada Ujian Nasional.
  5. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas pebelajaran Bahasa Indonesia di MTs X. 
Sumber : http://djj.bdkjkt.org/

Kerangka berpikir adalah alur berpikir yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian berupa sebuah penjelasan bahwa variabel yang satu secara logis berkaitan dengan variabel lainnya. Kerangka berpikir selanjutnya digunakan sebagai landasan atau argumentasi untuk merumuskan hipotesis.
Kerangka berpikir merupakan silogisme (logika) yang terdiri dari premis-premis.   Biasanya disebut premis mayor dan premis minor. Mari kita lihat contoh silogisme berikut.
Premis 1: Semua makhluk hidup bernafas.
Premis 2: Bakteri bernafas
Simpulan: Bakteri adalah makhluk hidup.
Dalam penelitian premis-presmis adalah kesimpulan dari kajian pustaka. Jadi kalau kita punya dua variabel maka pada bagian kajian pustaka kita punya dua kajian dan setiap kajian harus diakhiri dengan kesimpulan. Kesimpulan tersebut akan menjadi premis untuk menyusun kerangka berpikir.
Lihat skema berikut:
      
Secara singkat, kerangka berpikir yang baik minimal memuat hal – hal sebagai berikut :
  1. Variabel – variabel yang akan diteliti harus dijelaskan satu persatu sebagai bentuk rangkuman atas kajian teori yang telah dikemukakan sebelumnya,
  2. Uraian dalam kerangka berpikir harus dapat menunjukkan dan menjelaskan keterkaitan antarvariabel yang diteliti, yakni keterkaitan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
  3. Uraian dalam kerangka berpikir harus menunjukkan dan menjelaskan apakah hubungan antarvariabel itu positif atau negatif karena dalam konsep korelasi terdapat hubungan positif dan hubungan negatif. Misalnya jika variabel penelitiannya adalah penggunaan model pembelajaran Jigsaw dan motivasi belajar, maka penulis harus menjelaskan hubungan logis antara kedua variabel tersebut.
  4. Untuk memperjelas kerangka berpikir juga dapat digambarkan dalam bentuk skema atau peta konsep yang menggambarkan hubungan antara kedua variabel.
Mari kita lihat contoh pada kasus PTK Ibu Siti.
Setelah melakukan kajian pustaka secara mendalam maka dirumuskan simpulan sebagai berikut.
Salah satu keterampilan berbahasa adalah menangkap informasi dari teks. Pada peserta didik keterampilan tersebut dapat dikembangkan dengan cara melatih mereka secara inteksif dan berulang-ulang menggunakan metode tertentu.
Struktur teks pada umumnya terdiri dari pernyataan-pernyataan yang merupakan jawaban dari pertanyaan apa, siapa, dimana, kapan, mengapa dan bagaimana yang biasanya diangkat 5W+1H.  Jawaban tersebut bisa diperoleh peserta didik melalui teknik tertentu, diantaranya dengan menggunakan teknik menjawab pertanyaan dengan pola 5W+1H. Berdasarkan alasan tersebut maka meningkatkan keterampilan menangkap isi teks dapat dilakukan dengan melatih para peserta didik secara intensif dan berkelanjutan melalui pola tersebut.
Berdasarkan argumentasi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan keterampilan menangkap isi teks pada peserta didik dapat dilakukan melalui latihan dengan metode menjawab pertanyaan dari teks menggunakan pola 5W+1H. Hubungan antara variabel keterampilan menangkan isi bacaan dengan metode latihan pola 5W+1H dapat digambarkan dengan skema berikut.

Berikut ini contoh lain dari kerangka berpikir.
Motivasi belajar siswa bisa muncul dari dalam diri sendiri dan bisa didorong oleh faktor luar seperti kondisi ruangan belajar, model pembelajaran yang digunakan guru dan materi yang diajarkan. Model pembelajaran sangat banyak jenis dan ragamnya salah satunya adalah  model pembelajaran kooperatif jenis Jigsaw yang didalam prosesnya berusaha mengaktifkan siswa sebagai subyek belajar baik secara  individu maupun kelompok.
Model pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif mendorong siswa dapat berinteraksi dengan siswa lainnya dalam menggali berbagai informasi penting dalam pembelajaran sehingga siswa tidak bosan hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru. Berdasarkan uraian di atas, diduga terdapat peningkatan motivasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw.

Sumber : http://djj.bdkjkt.org/

Judul PTK sudah dapat dirumuskan ketika masalah dan tindakannya sudah jelas. Kalimat judul harus memuat tiga unsur yaitu masalah yang akan dipecahkan (what),  subjek penelitian (who) dan bagaimana cara memecahkan masalah (how). Susunan kalimat judul bisa berpola what + how + who. Misalnya pada PTK yang akan dilakukan Bu Siti, kalimat judul dapat dirumuskan sebagai berikut.
Upaya meningkatkan kemampuan menemukan informasi rinci dari teks melalui penerapan metode pertanyaan  berpola 5W + 1H pada Kelas IX di MTs An-Nur Malangbong Garut tahun 2014.
Kalimat judul tersebut bisa juga ditulis dengan pola how + what + who. Dengan menggunakan pola tersebut kalimat judul akan berbunyi sebagai berikut:
Penerepan metode pertanyaan  berpola 5W + 1H untuk meningkatkan kemampuan menemukan informasi rinci dari teks pada Kelas IX di MTs An-Nur Malangbong Garut tahun 2014.

Sumber : http://djj.bdkjkt.org/

Dalam bagian paradigma penelitian kita sudah mendiskusikan bahwa PTK bukan penelitian yang bersifat uji hipotesis seperti dalam penelitian kuantitatif yang bersifat logico hipotetico perificatif. Oleh karena itu keberadaan hipotesis dalam PTK bukan merupakan keharusan. Apabila Anda tidak menuliskan hipotesis dalam proposal maka tidak mengapa.
Dalam PTK digunakan istilah hipotesis tindakan. Hipotesis merupakan jawab sementara atas rumusan masalah yang telah diajukan. Hipotesis tindakan adalah dugaan sementara mengenai keberhasilan tindakan untuk mengubah atau mengatasi masalah yang diangkat dalam penelitian.
Perumusan hipotesis penelitian merupkan langkah lanjutan setalah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berpikir. Artinya, bahwa pendugaan mengenai keberfungsian tindakan untuk mengatasi masalah didasarkan pada hasil kajian secara teoritik. Dengan demikian, pendugaan tidak asal dilakukan akan tetapi memiliki dasar ilmiah yang bias dipertanggungjawabkan.
Rumusan hipotesis tindakan dibangun berdasarkan deskripsi dari kerangka berpukir, dan merupakan kalimat jawaban dari rumusan masalah. Mari kita lihat contoh rumusan hipoetesis tindakan berikut.
Rumusan Masalah
Bagaimana peningkatan keterampilan mengnagkap isi teks melalui penerapan metode latihan menjawab pertanyaan melalui pola 5W+1H di kelas IX C MTs Al-Ishlah Batugede Jakarta Utara?
Kerangka berpikir
Berdasarkan argumentasi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan keterampilan menangkap isi teks pada peserta didik dapat dilakukan melalui latihan dengan metode menjawab pertanyaan dari teks menggunakan pola 5W+1H. Hubungan antara variabel keterampilan menangkan isi bacaan dengan metode latihan pola 5W+1H dapat digambarkan dengan skema berikut.
Hipotesis Tindakan
Diduga penerapan metode latihan menjawab peretanyaan melalui pola 5W+1H dapat meningkatkan keterampilan menangkap isi teks pada kelas IX  C MTs Al-Ishlah Batugede Jakarta Utara.
Silakan cermati lagi contoh di atas. Rumusan masalah, kerangka berpikir dan hipotesis harus sinkron (sejalan) antara satu dengan lainnya dan juga harus menggunkan istilah (terminologi) yang sama. Selain itu jumlah hipotesis harus sesuai dengan jumlah rumusan masalah. Kalau jumlah rumusan masalahnya 2 maka hipotesis tindakannya dua juga.

Sumber : http://djj.bdkjkt.org/

MKRdezign

{facebook#http://www.facebook.com/c47ur1980} {twitter#http://twitter.com/c47ur1980} {google-plus#http://plus.google.com/u/0/+CaturYogaMeiningdiasoke} {pinterest#http://www.pinterest.com/c47ur1980} {youtube#https://www.youtube.com/channel/UCuK3oOO6zZmaOfbh3kw63pw} {instagram#https://www.instagram.com/caturyogam/}

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Gambar tema oleh enjoynz. Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget